Mereka berharap pengakuan mereka akan membuka mata dunia internasional mengenai brutalnya rezim Assad.
Mereka berharap pelaku-pelaku kejahatan kemanusiaan itu dapat diseret ke pengadilan atas perbuatan yang tidak berprikemanusiaan itu.
Namun tidaklah mudah untuk menyeret oknum-oknum tersebut.
Carla del Ponte, jaksa ternama dalam hal kejahatan perang, baru saja mengundurkan diri dari posisinya di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dia meninggalkan posisinya karena dia percaya komisi yang dibentuk untuk menginvestigasi kejahatan perang di perang Suriah itu tidak punya kekuatan apapun.
“Saya menyerah. Anggota Dewan Keamanan PBB tidak peduli dengan keadilan” ucapnya.
Del Ponte mengatakan DK PBB seharusnya membentuk mahkamah perang seperti di kasus perang Rwanda dan Yugoslavia.
Upaya itu tidak pernah terwujud karena Rusia, sekutu dekat Assad selalu menveto rencana itu.
Puluhan ribu tewas di penjara
Tanpa mahkamah, semua bukti yang telah dikumpulkan oleh komisi itu sia-sia begitu saja lanjutnya.
Lebih dari 65.000 orang dilaporkan telah tewas di penjara rezim Assad sejak perang meletus enam tahun silam.
Ribuan lain diperlakukan dengan brutal di kamp detensi tempat perhentian sementara sebelum dijebloskan ke jeruji besi.
Namun harapan mendadak muncul ketika pengadilan di Spanyol setuju untuk menyidangkan kasus kematian seorang pengemudi truk yang tewas dianiaya oleh pejabat Suriah.
Adapun yang mengajukan tuntutan adalah saudara perempuan korban.