Juru bicara konglomerasi Trump, tidak merespon pertanyaan wartawan tentang transaksi tersebut.
Eric Trump, putra sang presiden lainnya, bahkan menyebutkan ayah dan keluarga mereka lebih tertarik fokus kepada aktivitas di Gedung Putih, daripada membicarakan properti yang jarang mereka tinggali dan tak memberi keuntungan finansial ke keluarga mereka.
Surat kabar ternama di ibu kota negeri Paman Sam itu, menulis, “transaksi pembelian rahasia itu dilakukan oleh mantan kandidat wakil presiden Indonesia”.
Hari Tanoesoedibjo juga ditulis sebagai pratner bisnis Trump.
Kini HT, tercatat sebagai pendiri sekaligus Ketua Umum Partai Rakyat Indonesia (Perindo), dan jadi satu dari delapan partai pendukung Presiden terpilih Indonesia, Joko Widodo.
Masih dari laman situs The Washington Post, rumah yang dibeli Hari Tanoesoediyo itu, harus membayar pajak residen ke otoritas L.A County sebesar 96 ribu USD dolar atau setara dengan Rp 1,37 miliar per tahun.
Jauh sebelum jadi presiden, 2016, Trump dilaporkan jarang bahkan nyaris tak pernah menetap di rumah peristirahat di kawasan ternama Los Angles itu.
Bahkan, Trump lebih memilih menginap di Beverly Hills Hotel, yang hanya berjarak sekitar 1,2 km dari rumah itu.
“Saya bahkan tak pernah terima keuntungan apapun dari rumah itu, uang saya justru untuk membayar pajaknya,” tulis Post, mengutip Trump.
Trump sebelumnya juga tercatat memiliki rumah mewah di blok yang sama dengan properti yang baru dijualnya pada Hary Tanoesudibjo itu dengan nilai sebesar US$10,3 juta pada 2008.
Presiden AS ini masih memiliki klub golf di Rancho Palos Verdes di dekatnya dan telah menjual sebidang tanah di sekitarnya untuk perumahan tepi pantai.
Transaksi bisnisnya mendapat perhatian besar dari anggota parlemen Demokrat dan pakar etika pemerintah yang mengatakan tidak ada pemeriksaan efektif terhadap orang-orang yang akan mencari pengaruh dengan Gedung Putih dengan membelanjakan uang untuk real estate Trump.
Konstitusi AS melarang presiden menerima hadiah atau pembayaran dari para pemimpin asing.
Trump melawan dua tuntutan hukum federal yang mengklaim bahwa dia melanggar larangan itu dengan menerima bisnis dari pejabat asing di hotel-hotelnya.