Pakar militer Moskow Alexander Golz percaya bahwa tindakan membeli S-400 buatan Rusia adalah "murni keputusan politik." Golz juga percaya bahwa langkah ini adalah "sinyal kepada AS dan sekutu lainnya terkait pendekatan kedaulatan Turki dalam hal pertahanan."
Baca: Aman, Daihatsu Terios Tidak Masuk Recall Penggantian ECU Airbag
Turki adalah negara kedua yang membeli komponen S-400 dari Rusia, setelah Cina. Namun, penjualan ke Cina ini sempat agak terganggu insiden yang terjadi di akhir 2017 dimana kapal yang mengirimkan rudal terjebak dalam badai dan menyebabkan beberapa roket rusak. Pihak Rusia pun telah mengganti misil rusak ini.
Selain itu, India juga telah menandatangani kontrak senilai 5 miliar dolar AS (Rp 69,9 triliun) dan sedang menunggu pengiriman. Beberapa negara Teluk juga diketahui telah menyatakan minat.
'Belum diuji'
Para ahli militer memperingatkan bahwa meski punya teknologi terbaru, S-400 belum pernah benar-benar diuji.
"Itu (S-400) belum diuji dalam situasi perang yang nyata dan serius," kata Siemon Wezeman dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) kepada DW. "Satu-satunya yang diuji adalah sistem 'Patriot' AS pada 1991, dalam Perang Teluk."
Baca: ECU Airbag di Toyota Rush yang Harus Diganti Letaknya di Bagian Tengah Dasbor, Sejajar Persneling
Rusia mengoperasikan sistem S-400 di Suriah, di mana pasukannya mendukung rezim Bashar al-Assad. Pada April 2018, AS menembakkan puluhan rudal Tomahawk ke pasukan rezim, tetapi militer Rusia menahan diri untuk tidak membalasnya dengan menggunakan S-400, kata Golz.
"S-400 punya kesempatan untuk pamer kualitasnya selama serangan Tomahawk AS terhadap Suriah, tetapi pemerintah Rusia cukup pintar untuk tidak mencobanya."
Turki minat bikin suku cadang
Generasi pendahulu sebelum adanya perangkat mutakhir S-400, termasuk S-300 buatan Soviet, dirancang sebagai bagian dari sistem antipesawat terbang yang komprehensif.
S-400 punya keuntungan bisa beroperasi secara independen karena ada fitur yang memungkinkan Turki untuk menggunakannya tanpa harus mengintegrasikan terlebih dahulu dengan jaringan pertahanan NATO.
Namun, menggabungkan S-400 dalam kompleks pertahanan yang lebih luas akan membawa keuntungan besar, dan membuatnya "jauh lebih efektif," ungkap Siemon Wezeman.
Sebagai contoh, tentara Rusia juga melindungi S-400 dari serangan udara musuh dengan menambahkan sistem pertahanan jarak menengah, yaitu Pantsir S-1. Masih belum jelas apakah Turki juga akan membeli sistem ini dari Rusia.
Meski demikian, Turki masih berharap untuk mendapatkan akses ke setidaknya beberapa teknologi Rusia. Beberapa komponen S-400 seharusnya diproduksi di Turki.