Dia memarahi Kelana di depan semua orang.
Pria itu dianggap membuat keadaan menjadi sulit.
"Bagaimana kita bisa tahu apakah istri Anda orang asing atau bukan? Kami bahkan tidak bisa memastikan apakah kalian sudah menikah," ujar petugas resepsionis.
Kelana tak menyangka dengan perkataan itu.
Dia merasa bahwa petugas resepsionis telah melakukan pelanggaran etika dan bersikap sangat kasar.
Kelana mencoba menawarkan KTP-nya, tetapi si petugas tak mau memprosesnya.
Bahkan, dia diminta untuk pergi ke rumah sakit lain.
Akhirnya, perawatan istri Kelana baru dilakukan setelah 30 menit mempermasalahkan KTP.
Nahas, nasib malang menimpa bayi Kelana dan istri.
Setelah dikeluarkan sepenuhnya, seluruh tubuh bayi membiru.
Pada hari berikutnya, seorang dokter spesialis memberi tahu bahwa sang bayi mengalami pendarahan internal stadium 4 yang kritis di otaknya.
Ternyata, bayi tersebut sudah stadium 2 pada hari pertama.
Kelana dan istri merasa hancur saat mengetahui kenyataan itu.
“Aku hanya tidak mengerti mengapa mereka tidak memberitahuku sebelumnya. Seorang dokter, Dr Teh, bahkan memberi kami penjelasan singkat tentang kesehatan bayi kami pada hari pertama, tetapi mereka tidak mengatakan apa-apa tentang pendarahan internal," tulis Kelana.
"Ini membawa keputusasaan bagi keluargaku," imbuhnya.
Tepat pukul 15.31 waktu setempat, Kelana dan sang istri kehilangan anak kedua yang telah mereka nantikan.
Bayi itu meninggal karena pendaharan internal otak stadium 4.
"Saya harap pihak berwenang dapat mengambil tindakan tegas terhadap para petugas medis di rumah sakit ini," kata Kelana di akhir tulisannya.
Di akhir tulisan, Kelana juga menambahkan catatan kecil untuk anak pertamanya, Alisha.
"Terima kasih telah menemani papa ketika saat bersedih, adek arif telah menunggumu di surga," tulis Kelana.
Sementara itu, Kelana telah memberikan nama anak keduanya yang telah meninggal, yaitu Mohamed Alauddin Arif Mohamed Riduan.