TRIBUNNEWS.COM - Dokter dan perawat di Wuhan hingga kini mempertaruhkan hidup mereka untuk menangani pasien terjangkit virus corona.
Melansir dari South China Morning Post, seorang dokter di rumah sakit Wuhan mengatakan dia tidak berada di rumah selama dua minggu.
Bahkan selama shift tengah malam baru-baru ini, dia memiliki 150 pasien yang mengantri di klinik rawat jalan.
“Semua pasien gelisah. Di antara mereka menjadi putus asa setelah menunggu berjam-jam dalam cuaca dingin,” kata dokter yang tidak ingin disebutkan namanya itu.
Bakan di antara pasien itu ada yang ingin memukul para dokter karena mengantri terlalu lama.
"Saya mendengar satu di antara orang dalam antrian mengatakan dia telah menunggu begitu lama hingga dia ingin menikam kami."
"Saya khawatir. Membunuh beberapa dari kita (para dokter dan perawat) tidak akan mengurangi antrian, kan?” ungkapnya.
Menurutnya para dokter memahami kekhawatiran akan kekerasan yang akan dialami.
Pada hari Rabu (29/1/2020) waktu setempat, dua dokter di suatu Rumah Sakit Wuhan dipukuli.
Sang dokter dipukul oleh anggota keluarga pasien pengidap pneumonia yang disebabkan oleh virus corona.
Bahkan dalam laporan Beijing Youth Daily satu di antara pakaian pelindung dokter dirobek di zona yang terinfeksi coronavirus.
“Emosi semakin tinggi karena rumah sakit telah berada dalam kapasitas maksimal sejak awal Januari."
"Banyak yang tidak dapat menemukan tempat tidur."
"Tapi apa yang bisa kita lakukan?” Kata dokter, yang meminta namanya tidak dipublikasikan karena ia tidak berwenang untuk berbicara tentang masalah tersebut.