Ia juga dikenal sangat perhatian dan sabar dalam menghadapi putrinya.
Tragedi ini mengingatkan masyarakat dengan masalah umum yang terjadi dalam keluarga yang bercerai.
Yakni, tentang perilaku anak-anak korban perceraian yang sering kali memberontak.
Karena mereka tak tak dididik atau mengalami tekanan psikologis sementara orang tua tunggal mereka sibuk bekerja.
Seorang pengacara dari Beijing, Liu Changsong mengatakan bahwa remaja berusia 15 tahun sering kali menyerah pada perasaan memberontak.
Baca: Indonesia Ikut Protes Klaim Beijing Atas Laut China Selatan, Begini Jawaban Kedubes Tiongkok
Cara orang tua untuk berkomunikasi dengan mereka sangat berpengaruh pada perilaku irasional dan radikal di dalam diri mereka.
Liu mengatakan, berdasarkan hukum yang berlaku, gadis itu terancam hukuman pidana.
"Seseorang yang telah mencapai usia 14 dan belum genap 16 tahun akan dipidana bila terbukti melakukan pembunuhan yang disengaja," menurut Hukum Kriminal China.
"Namun, yang berusia di antara 14 dan 18 akan diberikan hukuman yang lebih ringan." katanya.
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Diduga Stres karena Perceraian Orangtuanya, Remaja 15 Tahun Nekat Habisi Nyawa Ibu Kandungnya