Terkadang pula, pasukan pembelot membujuk orang Korea Utara untuk mengambilnya.
Padahal, hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan tampak membaik pada 2018.
Kala itu, para pemimpin kedua negara bertemu tiga kali.
Pertemuan tingkat tinggi semacam itu tidak pernah terjadi dalam lebih dari satu dekade sebelumnya.
Namun, Pyongyang memutuskan kontak dengan Seoulsetelah pertemuan Kim Jong Un dan Presiden AS, Donald Trump di Hanoi tahun lalu.
Itu membuat pembicaraan tentang nuklir terhenti.
Secara teknis, Korea Utara dan Korea Selatan masih berperang karena tidak ada kesepakatan damai yang tercapai ketika Perang Korea berakhir pada 1953.
Perang tersebut berakhir dengan gencatan senjata daripada perjanjian damai.
Korea Utara Berjanji akan Buat Korea Selatan Menderita
Meski sudah mengancam akan menutup kantor penghubung antara Korea Utara- Korea Selatan di perbatasan, juga membatalkan perjanjian militer serta proyek lainnya, Korut rupanya sedang berencana membuat Korsel menderita.
Sebelumnya, Korut melalui pernyataan Kim Yo Jong, adik dari pemimpin tertinggi negara itu, Kim Jong Un, mengirim ancaman kepada Korsel.
Dia mengatakan mereka akan mengancam membatalkan perjanjian militer dan menutup kantor penghubung di perbatasan jika Korsel gagal membatasi aktivitas para pembelot Korut yang menyebar pesan propaganda anti-Pyongyang di perbatasan.
Pihak Korsel pasca-ancaman itu langsung merespons mereka akan membuat undang-undang yang akan membatasi pergerakan aktivis serta pembelot Korut di perbatasan.
Namun, UU itu tampaknya memicu perdebatan tentang potensi pelanggaran kebebasan berekspresi di Korsel.
Baca: Pemimpin Kelompok Warga Jepang yang Diculik Korea Utara Meninggal Dunia
Baca: Suami Istri Tewas Dieksekusi Regu Tembak Lantaran Coba Kabur dari Korea Utara, Awalnya Disiksa