7. Seorang WNI ikut jadi korban
Seorang warga negara Indonesia (WNI) ikut menjadi korban akibat ledakan di Beirut.
Beruntung, WNI yang diketahui berinisial NNE itu hanya mengalami luka ringan.
NNE juga telah mendapat perawatan serta kembali ke rumah.
Dalam catatan KBRI Beirut, ada 1.447 WNI yang tinggal menetap di Lebanon.
Sebanyak 1.234 orang di antaranya merupakan Kontingen Garuda yang tergabung dalam Misi Perdamaian PBB UNIFIL.
Sementara 213 lainnya merupakan WNI sipil.
"Kontingen Garuda yang tergabung dalam UNIFIL FC membantu penanganan pasca ledakan termasuk evakuasi korban," katanya.
KBRI Beirut juga menyediakan hotline yang dapat dihubungi untuk memberikan informasi.
WNI bisa menghubungi KBRI Beirut di (+961 70 817 310), hotline pelindungan WNI Kemlu RI (+62 812-9007-0027).
Baca: KBRI: Pemerintah Lebanon Masih Melakukan Investigasi Soal Penyebab Ledakan di Beirut
Baca: DPR Minta WNI di Lebanon Tidak Panik dan Berkoordinasi dengan KBRI
8. Israel tawarkan bantuan
Negara-negara di dunia beraksi atas ledakan yang terjadi di Beirut, Lebanon.
Termasuk musuh bebuyutan Lebanon, Israel yang ikut menawarkan bantuan kemanusiaan melalui media saluran asing.
Pasalnya, Israel dan Lebanon tidak memiliki hubungan diplomatik.
"Di bawah arahan Menteri Pertahanan Benny Gantz dan Menteri Luar Negeri Gabi Ashkenazi, Israel mendekati Lebanon melalui pertahanan internasional dan saluran diplomatik untuk menawarkan pada Lebanon, bantuan kemanusiaan," tulis Gantz di Twitter.
Diketahui, Israel dan Lebanon masih berperang hingga saat ini.
Selain itu, Israel juga membantah keterlibatan mereka dalam ledakan tersebut.
"Israel tidak kaitannya sama sekali dengan insiden ini," kata seorang pejabat yang tidak ingin diungkap identitasnya, dikutip Reuters Rabu (5/8/2020).
Selain Israel, sejumlah negara lain seperti Rusia dan Prancis juga telah mengirimkan bantuan mereka.
Baca: Spekulasi Seputar Penyebab Ledakan di Beirut: Gudang Senjata hingga Serangan Udara Israel
Baca: Reaksi Dunia soal Ledakan di Beirut Lebanon, Musuh Bebuyutan Tawarkan Bantuan Kemanusiaan
9. Dugaan penyebab ledakan
Dari penyelidikan sementara, 2.750 ton amonium nitrat, bahan kimia yang dipergunakan sebagai pupuk atau peledak, jadi penyebab utama ledakan di Beirut.
Demikian dikatakan Perdana Menteri Hassan Diab sert Presiden Lebanon, Michel Anoun.
Bahan berdaya ledak tinggi tersebut selama enam tahun terakhir disimpan dalam gudang yang berlokasi di tepi laut.
Diab menegaskan, Pemerintah Lebanon segera menggelar penyelidikan untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas insiden mengerikan tersebut.
"Apa yang terjadi hari ini tidak akan dibiarkan begitu saja. Mereka yang bertanggung jawab akan menerima akibatnya," janji Diab.
Sebelumnya, Kepala Keamanan Umum Abbas Ibrahim mengatakan, pihaknya mengamankan "material berdaya ledak tinggi" beberapa tahun sebelumnya.
Lebih lanjut, Direktur Jenderal Bea dan Cukai Lebanon, Badri Daher menegaskan, pihaknya bukanlah yang harus bertanggungjawab atas amonium nitrat yang memicu ledakan besar itu.
Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera, Daher menyalahkan Kepala Pelabuhan Beirut, Hassan Koraytem.
"Mereka yang bertanggungjawab, dan saya bisa memberitahu Anda, bahan ini seharusnya tidak ada di sana, itu seharusnya tidak ada di tempat pertama," sebutnya.
Baca: Fakta Ledakan Besar di Beirut, Lebanon: Dugaan Sumber Penyebab, Tanggapan KBRI, Hingga Jumlah Korban
Baca: Apa itu Amonium Nitrat? Diduga Penyebab Ledakan Besar di Ibukota Lebanon, Beirut
10. Dua kendaraan TNI rusak
Komandan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI, Jenderal TNI Victor Hasudungan Simatupang melaporkan dua kendaraan operasional milik TNI turut terkena imbas dalam ledakan.
Victor menjelaskan dua kendaraan tersebut terkena dampak ledakan saat tengah diparkir di Pelabuhan Beirut.
"Hanya kemungkinan untuk kerugian, dua unit kendaraan operasional yang sedang diparkirkan di Pelabuhan Beirut," ujar Victor saat dikonfirmasi, Rabu (5/8/2020).
Victor menjelaskan, dua kendaraan operasional tersebut merupakan bagian dari KRI Hasanuddin yang tergabung dalam Maritime Task Force (MTF) United Nations Interim Forces in Lebanon (UNIFIL).
Saat peristiwa ledakan itu terjadi, kapal perang milik TNI tersebut tengah bersandar di Pelabuhan Meraih, Turki.
"KRI Hasanuddin yang tergabung dalam MTF UNIFIL sedang sandar di Mersin, Turki," katanya, dikutip dari Kompas.com.
(Tribunnews.com/Sri Juliati, Andari Wulan/Srihandriatmo Malau/Larasati Dyah Utami/Pavitri, Kompas.com/Achmad Nasrudin Yahya/Ardi Priyatno Utomo/Danur Lambang Pristiandaru)