TRIBUNNEWS.COM, BEIRUT – Pemerintah Lebanon di bawah Perdana Menteri Hassan Diab akhirnya memutuskan mengakhiri tugas, Senin (10/8/2020) pukul 20.00 waktu Beirut.
Langkah itu dilakukan setelah beberapa hari protes dan bentrokan antara polisi dan demonstran menyusul ledakan amonium nitrat 4 Agustus di pelabuhan Beirut.
Pengunjukrasa dan kritikus menuduh pihak berwenang mengabaikan bahaya yang ditimbulkan bahan berbahaya tersebut selama bertahun-tahun.
Ribuan warga ibu kota telah turun ke jalan dalam beberapa hari terakhir. Pengumuman pengunduran diri pemerintahan disampaikan Menteri Kesehatan, Hamad Hassan, dikutip Sputniknews.com.
"Pemerintah mengundurkan diri," kata Hassan setelah rapat kabinet. Hassan Diab pergi ke istana presiden untuk menginformasikan secara resmi kepada Presiden Michel Aoun.
Menurut Hassan, Diab menyerahkan surat pengunduran diri atas nama semua menteri. Diab dan kabinetnya akan terus bekerja sampai pemerintahan baru dapat dibentuk.
Baca: Sebelum Terjadi Ledakan di Beirut Lebanon, Sejumlah Otoritas Rupanya Sudah Beri Peringatan 10 Kali
Baca: Protes Anti-Pemerintah Lebanon Setelah Ledakan Dahsyat di Beirut: 28 Orang Dikabarkan Terluka
Pada Sabtu, Diab menyerukan diadakannya pemilihan parlemen baru, dengan mengatakan negara tidak dapat melarikan diri dari "krisis struktural" saat ini tanpa pemungutan suara.
Pemilu baru akan membutuhkan persetujuan parlemen. Di bawah sistem berbasis pengakuan pengakuan Lebanon, perdana menteri (seorang Sunni) secara resmi ditunjuk presiden (seorang Kristen Marronit).
Media Israel, Haaretz.com, sebelumnya mengabarkan Hassan Diab akan mengajukan pengunduran diri, menyusul empat menteri kabinetnya yang lebih dulu mundur.
Menurut berita itu, Diab mengajukan surat pengunduran sebelum rapat kabinet yang digelar pukul 15.00 waktu Beirut, atau pukul 20.00 WIB.
Pemerintahan Hassan Diab yang didukung penuh kelompok politik Hezbollah Lebanon, mendapat tekanan hebat menyusul ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut awal bulan ini.
Insiden ledakan timbunan materiam ammonium nitrat itu sekurangnya menewaskan 200 orang, menghancurkan area hingga radius 5 kilometer.
Sekitar 300.000 penduduk Lebanon kehilangan tempat tinggal layak akibat hancur atau rusak berat terdampak ledakan.
Aksi demonstrasi mendesak bubarnya pemerintahan Hassan Diab juga muncul dua hari terakhir. Seorang polisi Lebanon dan seorang demonstran tewas dalam aksi kekerasan.