Ucap Insya Allah
Debat antara Trump dan Biden sebenarnya sudah memanas bahkan sebelum debat
perdana di Cleveland, Ohio kemarin digelar.
Sebelum sesi debat, kedua calon sudah saling serang. Biden membeberkan jumlah pajak penghasilan untuk menyindir Trump yang dilaporkan memanipulasi jumlah pajak selama bertahun-tahun.
Dari laporan dugaan manipulasi pajak yang diulas surat kabar The New York Times
pada Selasa (29/9/2020), Trump dilaporkan hanya membayar pajak sebesar US$750 atau sekitar Rp11 juta pada 2016.
Sementara Biden mengaku telah membayar pajak penghasilan federal bersama istrinya Jill hampir US$300 ribu atau sekitar Rp4,4 miliar tahun lalu.
Trump sendiri dalam debat kemarin mengatakan ia akan segera merilis laporan pajak
ketika siap.
Namun Biden menimpali janji Trump itu dengan ucapan: "Kapan? Insya Allah?"
Dalam ajaran Islam, insyaallah (jika Allah mengizinkan) dianjurkan diucapkan jika
berjanji hendak melakukan perbuatan di masa depan.
Ungkapan ini juga biasa digunakan oleh penutur bahasa Arab dari agama lainnya.
Hanya saja, dalam praktiknya, ada kalanya insyaallah tidak disertai dengan komitmen yang kuat untuk melaksanakan janji tersebut.
Trump dalam debat kemarin juga mengatakan bahwa ia tidak akan menerima hasil
pemilu jika telah dimanipulasi.
Hal tersebut dia ungkapkan untuk menjawab pertanyaan Wallace yang bertanya apakah kedua calon bersedia mendesak para pendukung untuk tenang dari kontestasi hingga penghitungan.
"Maukah Anda mendesak para pendukung untuk tetap tenang selama periode yang diperpanjang ini untuk tidak terlibat dalam kerusuhan sipil dan berjanji malam ini bahwa Anda tidak akan mengumumkan kemenangan sampai pemilihan disertifikasi secara independen," tanya Wallace.
Trump menjawab dia akan mendesak para pendukungnya untuk pergi ke tempat
pemungutan suara dan menonton dengan sangat hati-hati. "Jika pemilihannya adil, saya 100 persen setuju. Tapi jika saya melihat puluhan ribu surat suara dimanipulasi, saya tidak bisa setuju," tutur Trump.