Istriku: Apakah kamu akan mengambil kaus kakimu?
Saya: Insya Allah.
Tidak, mengatakan Insya Allah tidak akan membuatmu Muslim.
Saya mengatakannya sekali baru-baru ini, karena menurut saya itu kata yang indah.
Saya berharap ini tidak hanya digunakan secara sarkastik, karena saya yakin tidak bermaksud menyindir.
Kita memiliki begitu banyak harapan yang akan berhasil, dan begitu banyak yang harus kita takuti jika tidak terjadi," lanjut Ali.
Baca: 7 Sorotan Debat Trump vs Biden: Persoalkan Anak hingga Mendebat Balik Pertanyaan Moderator
Baca: 60 Tahun Tradisi Debat Capres AS: Dari Kennedy-Nixon Hingga Trump-Biden
Sebaliknya, pihak lain menilai ucapan Biden sebagai penghinaan.
Biden juga dianggap menggambarkan stereotip budaya tentang dunia Muslim dan Arab.
Bagi banyak orang Muslim dan Arab, konteks 'Insya Allah' yang diucapkan Biden jauh dari makna aslinya.
Makna di mana seseorang akan mencoba untuk memenuhi tujuan, justru dianggap bahwa seseorang tersebut 'terhalangi' dalam melakukan tujuannya.
Teruntuk banyak orang, mengucapkan 'Insya Allah' merupakan bentuk kerendahan hati.
Satu di antara orang yang turut menyayangkan ucapan Joe Biden adalah aktivis politik Muslim, Meriam Masmoudi.
"Sangat mengecewakan bahwa hal terbaik dari kampanye Biden yang tampaknya dapat ditawarkan kepada Muslim Amerika di tengah peningkatan kekerasan Islamofobia justru diterapkan sembarangan,
benar-benar tidak tepat menggunakan 'insya Allah' dalam debat," tulis Masmoudi dalam akun Twitter-nya.