Pada pemakamannya di Lebanon, ibu jurnalis tersebut mencatat dia tidak memiliki bekas luka di tubuhnya, seperti yang diharapkan dari kecelakaan mobil yang serius.
Terlepas dari permohonan keluarganya, mengingat kewarganegaraan AS-nya, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat tidak pernah meminta penyelidikan atas kematian Serena Shim.
Kluarga Serena Shim pun hingga hari ini masih sangat mencurigai gadis itu meninggal akibat pembunuhan.
Serena Shim dilahirkan di Michigan, AS. Ia berusia 29 tahun saat bertugas di Turki dan Suriah dan mengalami kecelakaan itu.
Ia menempuh risiko dan melakukan tugas-tugas di daerah berbahaya. Serena tahu dan mengatakan apa yang sebenarnya dilakukan Turki dan kekuatan asing lainnya di Suriah.
Mereka mempersenjatai teroris untuk melancarkan perang rahasia melawan negara yang berdaulat. Perang yang menewaskan hingga setengah juta orang dan membuat jutaan orang kehilangan tempat tinggal.
Seperti yang dikatakan filsuf Amerika, Cornel West dalam sebuah wawancara baru-baru ini, "pemberi kebenaran sering kali terbunuh".
Serena Shim mungkin bukti pepatah itu. Jika mereka tidak terbunuh, maka mereka bisa berakhir di penjara bawah tanah seperti Julian Assange.
Assange juga melakukan “kejahatan” besar dengan mengungkap kejahatan perang dan terorisme negara dari kekuatan barat.
Itulah mengapa rezim AS dan Inggris ingin memenjarakannya selama 175 tahun atas tuduhan mata-mata.
Serena Shim dan Julian Assange harus dihormati sebagai pahlawan. Sebaliknya mereka membayar harga yang sangat menjijikkan dengan nyawa dan kebebasan mereka.
Sangat penting untuk mengingat pahlawan seperti Serena Shim dan memperjuangkan keadilan untuk Julian Assange.
“Mereka telah menunjukkan kepada kita kebohongan dan penipuan dari apa yang disebut sebagai pemerintah demokratis dan pengecut media mereka,” tulis Cunnigham.
Fox News pernah membuat laporan yang bernada memuji Serena Shim. Wartawan itu melaporkan secara luas tentang dugaan penyelundupan militan ISIS di perbatasan Suriah-Turki.