Klub Koresponden Asing Thailand mengungkapkan keprihatinan yang mendalam bahwa Polisi Kerajaan Thailand sedang menyelidiki TV , bersama dengan Prachatai, The Reporters dan The Standard.
Keempat outlet telah menyiarkan rekaman langsung melalui Facebook selama protes.
"Media yang bebas adalah elemen penting dalam masyarakat demokratis dan jurnalis yang bonafid harus diizinkan untuk melaporkan perkembangan penting tanpa ancaman larangan, skorsing, sensor atau penuntutan yang membayangi mereka," kata klub itu.
Protes Selasa jauh lebih sederhana, dengan demonstran yang berkumpul di stasiun kereta meneriakkan "panjang umur rakyat" sambil memberikan hormat tiga jari yang telah menjadi simbol gerakan.
"Perintah negara untuk menutup media adalah tamparan keras bagi rakyat, itu menunjukkan bahwa negara menganggap rakyat tidak bisa membuat penilaian sendiri," kata Tatthep "Ford" Ruangprapaikitseri (23 tahun) kepada AFP.
Putusan pengadilan itu dikeluarkan sehari setelah kementerian ekonomi digital dan masyarakat mengatakan telah menandai lebih dari 325.000 pesan di platform media sosial yang melanggar Undang-Undang Kejahatan Komputer, yang menurut para kritikus digunakan untuk memberangus perbedaan pendapat.
Tagar #SaveFreePress menjadi trending di Thailand pada hari Senin.
Pengadilan belum mengumumkan keputusan tentang apakah menutup bawah kantor media yang tiga lainnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Terus Beritakan Aksi Anti-Pemerintah, Pemerintah Thailand Tutup Kantor Berita Ini"