Qatar menolak tuduhan dan tuntutan tersebut dan menuduh negara-negara yang memblokdir Qatar menyerang kedaulatan negaranya.
Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O'Brien awal bulan ini menyatakan menyelesaikan krisis Teluk adalah prioritas pemerintah.
Ia menambahkan, ada kemungkinan hal itu bisa terjadi sebelum Trump meninggalkan jabatannya pada Januari 2021.
“Resolusi untuk blokade tampaknya sudah terlihat,” kata Sigurd Neubauer, kolumnis isu wilayah Teluk dan Israel dan pakar politik Timur Tengah dikutip Al Jazeera, Senin (30/11/2020).
"Kami tidak tahu apakah itu akan terjadi sebelum Trump meninggalkan kantor atau ketika Biden masuk,” katanya.
Seorang pejabat senior Saudi bulan lalu mengisyaratkan ada beberapa kemajuan dalam upaya untuk menyelesaikan perselisihan lebih dari tiga tahun dengan Qatar.
Ia menekankan, Riyadh berkomitmen menemukan solusi. “Kami bersedia terlibat saudara-saudara Qatar kami, dan kami berharap mereka juga berkomitmen untuk keterlibatan itu,” kata Pangeran Faisal bin Farhan.
"Tapi kita perlu mengatasi masalah keamanan yang sah dari kuartet tersebut, dan saya pikir ada jalan menuju itu dengan solusi dalam waktu yang relatif dekat," katanya.
Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengatakan tidak ada pemenang dalam krisis Teluk. Doha berharap krisis itu akan berakhir kapan saja.
Utusan Timur Tengah Amerika Serikat Avi Berkowitz dan Brian Hook akan bergabung dengan Kushner, serta Adam Boehler, Kepala Eksekutif Perusahaan Keuangan Pembangunan Internasional AS.
Kushner dan timnya telah membantu merundingkan kesepakatan normalisasi antara Israel dan Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Sudan sejak Agustus.
Para pejabat mengatakan mereka ingin memajukan lebih banyak perjanjian semacam itu sebelum Presiden terpilih AS Joe Biden menjabat pada 20 Januari 2021.
Para pejabat AS percaya membujuk Arab Saudi ke dalam kesepakatan dengan Israel akan mendorong negara-negara Arab lainnya untuk mengikutinya.
Tetapi Saudi tampaknya tidak berada di ambang mencapai kesepakatan penting seperti itu dan para pejabat dalam beberapa pekan terakhir telah berfokus pada negara-negara lain.