Selain itu, pihaknya juga menerapkan kemasan isi ulang dan daur ulang melalui bisnis, seperti SodaStream dan SodaStream Professional.
Melalui cara itu, diperkirakan 67 miliar botol plastik sekali pakai akan berkurang hingga 2025.
Juru bicara PepsiCo menambahkan, perusahaan berinvestasi dalam kemitraan untuk meningkatkan infrastruktur dan pengumpulan daur ulang.
Sementara itu, Nestlé menyatakan, perusahaan telah membuat "kemajuan yang berarti" dalam pengemasan yang berkelanjutan, meskipun masih banyak hal yang diperlukan.
Baca juga: Desain Kendaraan Pembersih Sampah Plastik Nirawak Karya Pelajar Indonesia Juara Kompetisi di Inggris
"Kami mengintensifkan tindakan kami untuk membuat 100% dari kemasan kami dapat didaur ulang atau digunakan kembali pada tahun 2025, dan untuk mengurangi sepertiga penggunaan plastik murni dalam periode yang sama."
"Sejauh ini, 87% dari total kemasan kami dan 66% kemasan plastik kami dapat didaur ulang atau digunakan kembali," ungkapnya.
Sampah Plastik yang Paling Banyak Ditemukan
Menurut sebuah studi tahun 2017, hingga 91% dari semua sampah plastik yang pernah dihasilkan belum didaur ulang dan akhirnya dibakar.
Sampah-sampah itu dibakar di tempat pembuangan sampah atau di lingkungan alam.
Audit global sampah plastik bermerek tahun ini mengungkapkan, sachet sekali pakai yang digunakan untuk menjual produk dalam jumlah kecil, seperti kecap, kopi, dan sampo, adalah jenis barang yang paling banyak ditemukan.
Setelahnya, ada sampah puntung rokok dan botol plastik.
"Mayoritas plastik yang kami temukan tidak dapat didaur ulang. Kami menemukannya di mana-mana, di aliran limbah kami, di tanah kami."
"Saat terkubur, itu mencemari tanah kita. Apa pun yang tidak dapat didaur ulang, tidak boleh diproduksi," jelas Simon Mbata, koordinator nasional South African Waste Pickers Association.
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)