Di Spanyol, pemerintah daerah Madrid telah menghentikan pemberian dosis pertama vaksin untuk memastikan bahwa ada cukup untuk memberikan dosis kedua bagi mereka yang sudah mendapat suntikan pertama.
"Kekhawatiran akan kekurangan vaksin Moderna dan Pfizer/BioNTech berarti beberapa wilayah Prancis, termasuk Pari akan mundur atau membatalkan janji untuk suntikan pertama," kata Kementerian Kesehatan Prancis dalam pernyataan pers pada Kamis (27/1/2021).
Baca juga: Pemerintah Telah Teken Kerjasama Pengadaan Vaksin dengan Novovax dan AstraZeneca
Kemanjuran Vaksin
Inggris Raya, yang regulatornya menyetujui vaksin Oxford/AstraZeneca hampir sebulan yang lalu, telah memberikan dosis untuk orang yang berusia di atas 65 tahun.
Dalam laporannya, regulator Inggris, MHRA, mengatakan, ada "informasi terbatas tentang kemanjuran pada peserta berusia 65 atau lebih, meski tidak ada yang menunjukkan kurangnya perlindungan."
Menanggapi pengumuman Jerman, Kepala Eksekutif MHRA Dr June Raine mengatakan bahwa "bukti saat ini tidak menunjukkan kurangnya perlindungan terhadap Covid-19 pada orang berusia 65 atau lebih."
"Data yang kami miliki menunjukkan bahwa vaksin menghasilkan respons kekebalan yang kuat di atas usia 65-an. Lebih banyak data terus tersedia untuk kelompok usia ini dan Laporan Penilaian Publik kami, tersedia di situs web kami, akan diperbarui untuk mencerminkan hal ini," pernyataan ditambahkan.
UE telah memesan 300 juta dosis vaksin AstraZeneca, yang dapat disetujui untuk digunakan oleh European Medicines Agency (EMA) segera pada Jumat (29/1/2021) dengan opsi untuk membeli tambahan 100 juta dosis.
Baca juga: AstraZeneca Lakukan Uji Keefektifan Vaksin-nya pada Varian Baru Covid-19 yang Ditemukan di Inggris
Kepala Eksekutif AstraZeneca, Pascal Soriot, angkat dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Italia la Repubblica Selasa (26/1/2021).
"Masalah dengan data lansia tidak terlalu berpengaruh apakah itu berhasil atau tidak. Namun saat ini kami memiliki jumlah data yang terbatas pada populasi lansia," terangnya.
Soriot mengatakan, ini karena para ilmuwan Oxford yang menjalankan uji coba vaksin tidak ingin merekrut orang yang lebih tua sampai mereka "mengumpulkan banyak data keamanan" untuk mereka yang berusia 18 hingga 55 tahun.
"Pada dasarnya, karena Oxford mulai memvaksinasi lansia belakangan, kami tidak memiliki sejumlah besar lansia yang telah divaksinasi. Jadi itulah yang menjadi perdebatan," katanya.
"Tapi kami memiliki data kuat yang menunjukkan produksi antibodi yang sangat kuat terhadap virus pada orang tua, serupa dengan yang kami lihat pada orang yang lebih muda," tambahnya.
"Ada kemungkinan bahwa beberapa negara, dengan hati-hati, akan menggunakan vaksin kami untuk kelompok yang lebih muda," jelasnya.
Baca juga: Ketua Komisi VI Klarifikasi Kabar RI Gagal Beli Vaksin Sinopharm-AstraZeneca Gara-gara Terawan