Menyoal hal ini, Stephen Evans, Profesor farmakoepidemiologi di London School of Hygiene and Tropical Medicine menyampaikan komentarnya di Pusat Media Sains Inggris.
Evans menekankan bahwa keputusan Jerman "bukan keputusan regulasi, tetapi draf saran tentang penggunaan" tuturnya.
"Diketahui dengan baik bahwa data klinis untuk vaksin ini terbatas untuk mereka yang berusia 70 tahun ke atas," katanya.
"Tidak ada alasan sama sekali bagi siapa pun di Inggris atau di tempat lain untuk berpikir bahwa vaksin Oxford/AstraZeneca ini tidak efektif pada usia berapa pun," kata Evans.
Jim Naismith, Direktur Rosalind Franklin Institute dan profesor biologi struktural di Universitas Oxford, juga berusaha untuk menghilangkan kekhawatiran.
Naismith mencatat bahwa para ilmuwan Jerman telah menyimpulkan bahwa vaksin itu aman dan efektif untuk orang di bawah 65 tahun.
"Penilaian mereka adalah bahwa keefektifan belum dibuktikan untuk orang di atas 65 tahun. Mereka belum mengatakan vaksin tidak efektif untuk orang di atas 65 tahun," katanya kepada Science Media Center.
"Diskusi dengan niat baik tentang bukti apa yang dibutuhkan untuk efektivitas vaksin sangat penting. Bukti eksperimental dan debat yang beralasan, bukan retorika yang memanas, akan menyelesaikan masalah ini," tuturnya.
Baca juga: Jerman Janjikan Kerja Sama Erat dengan Menteri Luar Negeri AS yang Baru
Sengketa UE-AstraZeneca
Saat perselisihan antara UE dan AstraZeneca mengenai penundaan vaksin terus berlanjut.
Otoritas Kesehatan Belgia atas permintaan Komisi Eropa melakukan "pemeriksaan" terhadap fasilitas produksi pembuat obat Inggris-Swedia di Belgia pada Rabu.
France Dammel, juru bicara Menteri Kesehatan Belgia Frank Vandenbroucke, buka suara dalam sebuah pernyataan.
"Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa penundaan pengiriman vaksin memang karena masalah produksi di situs Belgia," katanya.
"Pakar Belgia sedang mempelajari unsur-unsur yang diperoleh selama kunjungan inspeksi ini, bersama dengan pakar Belanda, Italia dan Spanyol," kata Dammel.
Pemerintah Jerman memperkirakan negara itu akan menghadapi kekurangan pasokan vaksin virus corona setidaknya selama 10 minggu lagi.
Pada Kamis (28/1/2021), Menteri Kesehatan Jens Spahn mengatakan di tengah reaksi atas kecepatan program peluncuran vaksin pemerintah.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)