"Sebenarnya, tujuannya (Tabrizian) menyebarkan omong kosong adalah mencoba menakut-nakuti orang untuk divaksinasi sementara pemimpin rezim dan pejabat lainnya mendapat Pfizer dan mereka tidak memberikannya kepada masyarakat dengan alasan tidak percaya dengan Barat," kata Sheina Vojoudi.
"Seperti pemuka agama lain di rezim, Tabrizian juga menghubungkan semua kekurangan dengan seksualitas."
"Para tokoh agama di Iran menderita karena kurangnya pengetahuan dan kemanusiaan," jelasnya.
Iran telah mengeksekusi 4.000 hingga 6.000 LGBT sejak Revolusi Islam 1979, menurut WikiLeaks 2008.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javid Zarif membenarkan eksekusi rezimnya terhadap kaum gay pada 2019.
"Masyarakat kita memiliki prinsip moral, dan menurut prinsip-prinsip ini kita hidup. Ini adalah prinsip-prinsip moral mengenai perilaku masyarakat," katanya kala itu.
Baca juga: Joe Biden Tak akan Mencabut Sanksi Jika Iran Tetap Memperkaya Uranium
Baca juga: Menlu Iran Javad Zarif Desak Biden Segera Kembali ke Kesepakatan Nuklir
Pada 2019, Jerussalem Post melaporkan bahwa penguasa Iran secara terbuka menggantung seorang pria berusia 31 tahun.
Pria itu dieksekusi setelah dinyatakan bersalah melanggar undang-undang anti-gay.
Iran juga merupakan hotspot virus corona di Timur Tengah, karena memiliki angka kasus yang tinggi yakni hampir 1,5 juta.
Menurut Worldometers pada Selasa (9/2/2021), Iran mencatat 58.536 kematian dan 1.260.045 total pasien sembuh.
Negara ini ada diposisi ke-16 kasus Covid-19 terbanyak di dunia, setelah Afrika Selatan.
Program vaksinasi Iran dimulai pada Selasa, didahului kelompok paling berisiko seperti dokter dan perawat.
Iran sebelumnya meluncurkan vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Razi Vaccine and Serum Research Institute Iran.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)