Bahkan tidak ada tanda-tanda perlawanan maupun upaya untuk melarikan diri.
Beberapa diantaranya telah ditembak secara individual, sementara dalam banyak kasus menunjukkan bahwa seluruh keluarga terbunuh.
"Tidak diragukan lagi, apa yang terjadi di Khojaly adalah pembantaian terbesar dari konflik tersebut," kata Mustafayev, seperti yang tertulis dalam pernyataan resmi Kedutaan Besar Azerbaijan.
Secara keseluruhan, penyerangan dan perebutan kota itu merenggut nyawa 613 warganya, termasuk 106 wanita, 63 anak-anak dan 70 lansia.
Sedangkan 1275 orang disandera, dan 150 lainnya hingga kini masih belum diketahui nasibnya, kota itu pun rata dengan tanah.
Selama malam tragis itu, 487 penduduk Khojaly mengalami luka-luka, termasuk diantaranya 76 anak-anak.
Sementara itu, ada 8 keluarga yang seluruhnya tewas terbunuh, 130 anak kehilangan salah satu orang tua dan 25 anak kehilangan kedua orang tuanya.