TRIBUNNEWS.COM - Ratusan murid perempuan yang diculik kelompok bersenjata Jumat (26/2/2021) lalu akhirnya dibebaskan.
Dilansir Mirror, sekitar 317 murid perempuan dari Government Girls Science Secondary School (GGSS) di kota Jangebe, Zamfara diculik kelompok bersenjata sekitar pukul 01.00 dini hari.
Gubernur Negara Bagian Zamfara Bello Matawalle mengumumkan pembebasan murid-murid itu melalui Twitter pada Selasa (2/3/2021).
"Alhamdulillah! Senang sekali saya mengumumkan pembebasan siswa GGSS Jangebe yang diculik dari penahanan," tulis Matawalle.
"Saya memerintahkan semua orang Nigeria yang baik untuk bersukacita bersama kami karena putri kami sekarang aman."
Baca juga: Sekitar 300 Siswi di Nigeria Diculik setelah Kelompok Bersenjata Menyerbu Sekolah
Baca juga: Influencer Asal Nigeria Diduga Bantu Peretas Korea Utara Bobol Uang Rp 18 Triliun
Matawalle juga membagikan foto-foto murid yang dibebaskan, semuanya mengenakan masker dan tampak dalam kondisi baik.
Diberitakan sebelumnya, ratusan murid sekolah menengah di Nigeria diculik setelah kelompok bersenjata menyerbu sekolah mereka, Jumat (26/2/2021) dini hari, Mirror melaporkan.
Anak-anak itu diculik dari Government Girls Science Secondary School (GGSS) di kota Jangebe, di negara bagian Zamfara di barat laut.
Setidaknya 300 anak diyakini hilang dari sekolah berasrama, kata laporan.
Seorang anggota staf mengatakan bahwa beberapa murid berhasil bersembunyi dari 'bandit' ketika ratusan pria bersenjata 'menyerbu' kota pada dini hari tadi.
Berbicara tanpa menyebut nama, ia mengatakan, "Ratusan pria bersenjata itu menyerbu kota sekitar pukul 2 pagi pada hari Jumat, menembak secara sporadis ke udara untuk menakut-nakuti penduduk sebelum masuk ke sekolah."
Baca juga: Boko Haram Lakukan Penyerangan pada Malam Natal di Nigeria, Setidaknya 7 Orang Tewas
Baca juga: Ratusan siswa Nigeria yang diculik telah dibebaskan, Boko Haram klaim pelakunya
"Setelah mengambil sebagian besar siswa, kami mengumpulkan siswi yang melarikan diri atau bersembunyi dari para bandit dan melakukan pendataan."
"Kami menghitung ada 54 siswa dan kami masih mencari untuk melihat apakah kami bisa mendapatkan lebih banyak lagi."
Penduduk setempat dilaporkan mencoba untuk melawan 'invasi' tersebut namun mereka kalah jumlah dan persenjataan.