Mereka yang berbaris berkumpul hanya beberapa menit sebelum bubar untuk menghindari kemungkinan konfrontasi dengan polisi anti huru hara.
Kelompok lain melakukan protes keliling, mengemudi di jalan-jalan dengan sepeda motor.
Media setempat melaporkan, sekira dua orang terluka, satu oleh tembakan, di kota Mohnyin di utara.
Para pengunjuk rasa telah menyesuaikan taktik mereka dalam menanggapi meningkatnya kekerasan dari aparat keamanan, termasuk penembakan amunisi langsung ke kerumunan.
Tindakan keras pemerintah yang mematikan telah gagal memperlambat protes yang meluas.
Baca juga: Lagi 3 Demonstran Tewas di Myanmar: Toko-toko dan Pabrik Ditutup
Semalam, polisi menangkap sekitar 50 orang yang dipojokkan oleh pasukan keamanan di sebuah distrik di kota utama Myanmar, Yangon, kata satu kelompok hak asasi.
Namun, ratusan orang berhasil melarikan diri dari pengepungan setelah kerumunan demonstran berunjuk rasa mendukung mereka yang menentang jam malam.
Sanki untuk Myanmar
Inggris, Amerika Serikat, dan beberapa negara Barat lainnya telah memberlakukan sanksi terbatas pada para jenderal.
Uni Eropa sedang bersiap untuk memperluas sanksi untuk menargetkan bisnis yang dijalankan tentara, menurut para diplomat dan dua dokumen internal yang dilihat oleh kantor berita Reuters.
"Kami sangat mengutuk junta atas tindakan keras terhadap mereka yang secara damai turun ke jalan dan pada mereka yang hanya melakukan pekerjaan mereka, termasuk jurnalis independen yang telah disapu," kata Departemen Luar Negeri AS.
Militer telah menepis kecaman atas tindakannya, seperti yang terjadi pada periode pemerintahan militer di masa lalu ketika pecahnya protes ditindas dengan darah.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)