Itu terjadi tiba-tiba disaat polisi dan tentara mendobrak rumah tempat demonstran, termasuk mahasiswi itu berlindung.
"Saya duduk, menundukkan kepala dan tiba-tiba berhadapan dengan (tentara dan polisi) setelah mereka mendobrak pintu," kata mahasiswi itu.
Penggerebekan tersebut terjadi setelah aksi demo dibubarkan aparat keamanan.
"Saya tidak tahu saya telah ditembak karena suaranya terlalu keras," tambah wanita itu.
Mahasiswi ini baru menyadari dia telah ditembak dengan dua peluru karet ketika melihat darahnya mengalir.
Lebih lanjut, dia lantas dibawa ke mobil polisi dan lukanya dibiarkan selama beberapa jam.
"Mereka memaki kami (para tahanan perempuan) dan mengancam bahwa mereka dapat melakukan apa saja kepada kami atau bahkan menjual kami," kata wanita ini kepada The Irrawaddy.
"Saya mendesak pengunjuk rasa untuk lari untuk menghindari penahanan. Mereka sangat brutal," katanya.
"Tapi kami tidak bisa menyerah karena itulah yang mereka inginkan. Saya akan melakukan yang terbaik dalam gerakan protes," jelas dia.
Di hari yang sama di Yangon, keluarga politisi NLD Ko Zaw Myat Lin mendapat kabar duka bahwa Myat Lin telah meninggal setelah beberapa jam ditangkap militer.
Myat Lin bekerja di Institut Kejuruan Suu, Kota Shwe Pyi Thar, Yangon.
Istrinya mengatakan, Myat Lin menderita luka di bagian perut yang besar.
Militer mengklaim Ko Zaw Myat Lin terluka oleh benda runcing saat memanjat pagar ketika mencoba melarikan diri dari penangkapan.
Dia adalah anggota NLD kedua yang meninggal dalam tahanan.