Bentrokan terjadi minggu ini di sepanjang perbatasan antara Provinsi Sughd Tajikistan dan Provinsi Batken selatan Kirgistan.
Warga terlibat perselisihan mengenai waduk dan pompa, yang diklaim kedua belah pihak, di Sungai Isfara.
Penduduk desa dari sisi yang berlawanan saling melempar batu. Penjaga perbatasan bergabung dalam pertempuran dengan senjata, dan mortir.
Menurut penjaga perbatasan Kirgistan, helikopter serang Tajik turut terlibat dalam bentrokan itu.
Setidaknya satu pos perbatasan Kirgistan dan sejumlah rumah di sisi Kirgistan dibakar, sementara Tajikistan melaporkan kerusakan akibat penembakan hingga jembatan.
Otoritas Kyrgyzstan melaporkan 34 orang tewas, semuanya kecuali tiga dari mereka warga sipil, dan 132 luka-luka.
Sumber pemerintah lokal di Tajikistan mengatakan 15 orang tewas di pihaknya, termasuk empat penjaga perbatasan.
Pada Sabtu, kantor berita AFP mengatakan korespondennya di Batken tidak dapat mencapai daerah konflik.
Orang-orang Kirgistan yang membawa batu membalikkan mobil di jalan yang dibatasi tentara Kirgistan antara desa Min-Bulak dan kota Isfana.
Juga pada Sabtu, beberapa ratus orang berunjuk rasa di ibu kota Kyrgyzstan, Bishkek, di luar kantor pemerintah.
Mereka menuntut pemerintah memberi senjata kepada mereka untuk berperang di perbatasan.
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan dewan keamanan nasional melalui kantor pemimpin Kyrgyzstan Sadyr Japarov mengatakan tuntutan para demonstran tidak mungkin dipenuhi.
Ketidaksepakatan perbatasan antara tiga negara yang berbagi Lembah Fergana yang subur, Kyrgyzstan, Tajikistan dan Uzbekistan, berasal dari demarkasi yang dibuat selama era Soviet.
Perbatasan yang berliku-liku membuat beberapa komunitas memiliki akses terbatas ke negara asal mereka.
Tetangga Uzbekistan dan Rusia, yang mempertahankan pangkalan di kedua negara, telah menawarkan untuk menengahi konflik terbaru itu.(Tribunnews.com/Aljazeera/xna)