Editorial meminta pemerintah India untuk mengadopsi strategi "dua cabang" untuk melawan epidemi dengan mempercepat vaksinasi nasional dan mengurangi penularan virus mematikan.
"Keberhasilan upaya itu akan bergantung pada pemerintah yang mengakui kesalahannya, memberikan kepemimpinan yang bertanggung jawab dan transparansi, dan menerapkan respons kesehatan masyarakat yang berlandaskan sains," katanya.
Baca juga: Vaksinasi Jadi Solusi Jangka Panjang Krisis Covid-19 di India
Transparansi lebih
Lancet mengatakan bahwa upaya Modi untuk menahan kritik "tidak bisa dimaafkan".
"Kadang-kadang, pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi tampak lebih berniat menghapus kritik di Twitter daripada mencoba mengendalikan pandemi," kata Lancet.
India telah dihantam gelombang COVID-19 kedua dengan kasus dan kematian mencapai rekor tertinggi setiap hari.
Kondisi ini diperparah dengan jumlah oksigen yang kurang dan tidak tersedianya banyak tempat tidur rumah sakit, serta kamar mayat dan krematorium yang meluap.
Para ahli mengatakan jumlah sebenarnya untuk kasus COVID-19 dan kematian bisa jauh lebih tinggi.
Sabtu kemarin (8/5/2021) Kepala Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan kepada kantor berita AFP, varian B.1.617 COVID-19, yang pertama kali terdeteksi di India Oktober lalu.
Hal ini merupakan faktor yang berkontribusi pada bencana yang terjadi di negara terpadat kedua di dunia itu.
"Sudah banyak akselerator yang dimasukkan ke dalam ini," kata Soumya Swaminathan (62).
Ia menambahkan bahwa varian baru mungkin menghindari perlindungan vaksin.
Baca juga: India Rekrut Pensiunan Tenaga Medis Tentara Saat Lonjakan Kasus Covid-19
Banyak negara bagian India telah memberlakukan penguncian ketat selama sebulan terakhir.
Ibu Kota New Delhi memperpanjangnya pada Minggu untuk membendung lonjakan infeksi.