Terjemahan: Dalam waktu kurang dari 24 jam, Israel membom lebih dari 3 menara yang menampung sebagian besar media lokal dan internasional yang bekerja di Gaza.
Ini mengkhawatirkan di mana Israel memberlakukan pemadaman listrik di Media. Ini adalah langkah untuk menutupi kejahatan perang yang semakin banyak.
#GazaUnderAttack
Baca juga: Ceritakan Perayaan Idul Fitri di Gaza, WNI: Tak Ada Nuansa Lebaran, Semua Berubah jadi Suram
Lama Mohamed, seorang jurnalis berusia 30 tahun, mengatakan Hanadi memiliki tempat khusus di hatinya saat dia menghabiskan bulan madunya di sana.
"Apartemen memiliki pemandangan laut yang fantastis," katanya kepada Al Jazeera.
"Ini bukan hanya bangunan, tetapi ini adalah tempat yang menjadi landmark Kota Gaza, yang memiliki kenangan khusus bagi banyak orang."
Baca juga: Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza Rusak dan Disesaki Korban Luka Akibat Serangan Udara Israel
Sekira 119 warga Palestina, termasuk 31 anak-anak, telah tewas dan lebih dari 830 luka-luka sejak permusuhan berkobar sejak Senin (10/5/2021).
Eskalasi dimulai setelah kelompok bersenjata Palestina menembakkan ratusan roket ke Israel, dalam apa yang mereka katakan sebagai tanggapan atas penyerbuan keras oleh polisi Israel di kompleks Masjid Al-Aqsa minggu lalu yang melukai lebih dari 500 jemaah.
Dengan populasi dua juta orang berdesakan dalam 365 kilometer persegi, Jalur Gaza adalah salah satu daerah terpadat di dunia.
Tidak seperti kota-kota Israel, tidak ada tempat perlindungan bom bagi penduduknya untuk berlindung.
Pada Rabu dini hari (12/5/2021), bangunan lain yang terletak hanya dua kilometer dari lokasi puing-puing tempat Hanadi pernah berdiri juga menjadi sasaran jet tempur Israel.
Gedung Al-Johara di Jalan Jalaa dihantam rudal yang menyebabkan kerusakan parah tetapi bukan runtuhnya menara berlantai sembilan.
Bangunan, yang sebagian besar menampung sejumlah perusahaan media dan produksi selain beberapa apartemen hunian, sebelumnya telah menjadi sasaran rudal peringatan.