News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Militer AS Sulit Cegah Jika Pasukan China Tiba-tiba Duduki Taiwan

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pesawat jet tempur China buatan Rusia, Su-30, dilaporkan berada di antara pesawat yang terbang di atas barat daya Taiwan pada hari Kamis.

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Ahli militer dan Direktur Chinese Military Culture Society, Du Wenlong, mengatakan upaya AS menghentikan atau menutup potensi operasi militer China ke Taiwan kemungkinan akan sia-sia. .

Du mengindikasikan pasukan Cina dapat tiba di pulau itu dalam waktu sangat singkat, yang secara efektif tidak memberi kesempatan pasukan AS campur tangan atas konflik di Selat Taiwan.

“Sebelum pasukan AS tiba, kami akan menyelesaikan semua tugas tempur kami,” kata Du Wenlong pada panel “Tinjauan Pertahanan” yang diselenggarakan stasiun televisi negara CCTV dikutip Sputniknews, Jumat (23/7/2021).

Baca juga: Jika Perang Pecah, Bagaimana Skenario Militer China untuk Menyerbu Taiwan?

Baca juga: 100 Tahun Partai Komunis China: Ini Skenario Tiga Tahap untuk Paksa Reunifikasi dengan Taiwan

Komentar pejabat itu muncul ketika Cina mengadakan latihan militer besar-besaran selama enam hari di sepanjang garis pantai timurnya di Laut China Timur.

Latihan tempur itu diadakan sekitar 135 mil laut di utara Taiwan, sebuah pulau berpemerintahan sendiri yang telah lama dianggap sebagai provinsi yang bandel oleh Beijing.

Du Wenlong menjawab pertanyaan tentang latihan tersebut dan apakah serangan militer hipotetis di Taiwan dapat digagalkan pasukan Amerika.

"Latihan saat ini tidak jauh (dari Taiwan) dapat dianggap sebagai latihan rutin, tetapi saya pikir itu secara khusus menargetkan (Taiwan)," lanjut Du. "Taiwan adalah targetnya," tegasnya.

Lebih lanjut Du Wenlong mengatakan latihan itu akan berfungsi sebagai “peringatan serius” bagi Taiwan, selama Taiwan terus berpartisipasi dalam kerjasama militer dengan AS.

Ketegangan antara Cina melawan Taiwan dan AS mencapai tingkat baru di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump setelah Washington memperluas dukungan militernya untuk Taiwan.

Sejak mengambil alih kendali, Gedung Putih Biden berusaha menghindari eskalasi konflik lebih lanjut melawan Cina, sambil mempertahankan kebijakan Satu China.

Laporan media menyebutkan, Pentagon menempatkan pasukan Marinir di Taiwan. Petunjuknya di akhir 2020, untuk pertama kali sejak 1979, prajurit Marinir AS berada di tengah-tengah pelatihan pasukan Taiwan.

AS memiliki sejarah menyembunyikan pengerahan pasukannya di negara lain. Secara de facto sejak April 2019 AS menempatkan pasukan di Institut Amerika di Taiwan. Apa yang sering disebut “kedutaan” mereka di wilayah itu.

Latihan terbaru yang diadakan militer Cina digelar ketika AS terus melakukan operasi kebebasan navigasi di Selat Taiwan. Manuver ini memicu peringatan berulang kali Cina terhadap kapal-kapal AS di perairan itu.

Kecemasan lain datang dari sejumlah elite AS yang melihat kemunculan replika desain jet tempur J-35, yang dibangun Shenyang Aircraft Corporation.

Pesawat tempur generasi baru buatan Cina itu diprediksi akan ditempatkan di armada kapal induk mereka, sebuah lompatan besar bagi Tentara Pembebasan Rakyat Cina.

Sejumlah foto yang baru-baru ini diambil di dekat galangan kapal induk di Wuhan, Cina, menarik perhatian para pembuat kebijakan pertahanan AS.

Gambar itu menunjukkan pesawat tempur kapal induk siluman baru, yaitu J-35, yang dianggap sebagai tonggak penting lompatan kemampuan Angkatan Laut Cina berbasis kapal induk.

Analisis ini diungkapkan Kapten James Fanell, pensiunan perwira intelijen Angkatan Laut AS yang dikutip situs Breaking Defense dan Sputniknews.

Selama penampilan pertama J-35 di pameran Air Show China 2014, model ini dilengkapi dengan dua mesin buatan Rusia yang awalnya dikembangkan jet tempur MiG-29.

Tetapi pada perkembangannya, pesawat ini diyakini mengadaptasi jet tempur mesin ganda F-35 Lockheed Martin.

Fitur utama J-35 adalah sayap yang dikonfigurasi ulang dan badan pesawat memanjang yang dioptimalkan untuk radar cross section (RCS) yang lebih rendah.(Tribunnews.com/Sputniknews/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini