TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Pengamat melihat keberhasilan Taliban menguasai Afghanistan karena lemahnya tentara Afghanistan sendiri, yang selama 20 tahun terakhir “dibantu” militer Amerika Serikat (Pentagon).
Dilansir dari Channel News Asia, Inpektur Jenderal Khusus AS untuk Rekonstruksi Afghanistan (SIGAR), John Sopko, menilai kemampuan militer AS terlalu tinggi bagi militer Afghanistan.
SIGAR adalah pengawas independent yang dibentuk Kongres pada 2009 di bawah Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional.
Perangkat tak Tepat
AS tercatat telah menghabiskan 83 miliar (Rp 1.162 triliun) dalam upayanya untuk menciptakan tentara modern di Afghanistan.
Secara praktis, ini berarti sangat tergantung pada dukungan udara dan jaringan komunikasi berteknologi tinggi.
Baca juga: Taliban Nyatakan Perang di Afghanistan Telah Berakhir, Dubes AS Dilarikan ke Bandara
Baca juga: Sekjen NATO: Taliban Tak akan Dapat Pengakuan Internasional Jika Ambil Alih Afghanistan Secara Paksa
Padahal Afghanistan hanya 30 persen penduduk Afghanistan yang dapat mengandalkan pasokan listrik yang andal.
Selain itu, AS mendatangkan pesawat terbang, helikopter, pesawat tak berawak, kendaraan lapis baja, kacamata penglihatan malam. Bahkan memberi helicopter serang Black Hawk terbaru baru-baru ini.
Namun AS tidak mengeluarkan biaya untuk melengkapi tentara Afghanistan.
Disebutkan, mayoritas pendudukan Afghanistan adalah mayoritas pemuda yang belum melek huruf, dan negaranya kekurangan infrastruktur untuk mendukung peralatan militer canggih AS.
Akibatnya, sebutnya, mereka tidak dapat melakukan perlawanan serius padahal musuh tersebut dikatakan kurang perangkat dan tampaknya kalah jumlah.
Baca juga: Taliban Sudah Menguasai Kabul, Ashraf Ghani Tinggalkan Afghanistan, Ingin Cegah Pertumpahan Darah
John Sopko mengatakan, setiap ia mencoba mengevaluasi tentara Afghanistan, militer AS selalu mengubah sasaran dan mengubahnya seolah-olah keberhasilan.
Ketika mereka tidak bisa menunjukkannya, katanya, militer AS merahasikan perangkat untuk evaluasi.
"Jadi mereka tahu betapa buruknya militer Afghanistan," kata John Sopko.