"Kami sangat prihatin dengan situasi di Afghanistan dan dampaknya terhadap proses pembangunan negara, terutama bagi perempuan," ujar juru bicara Bank Dunia, Marcela Sanchez-Bender, dalam sebuah pernyataan.
Saat ditanya dalam kondisi apa pencairan akan dilanjutkan, ia menolak menjawab.
Menurut situs Bank Dunia, sebelumnya pernah menghentikan operasi di Afghanistan pada 1992 hingga 2002.
Sejak 2002, Bank Dunia telah menyediakan total lebih dari 5,3 miliar USD untuk proyek pembangunan dan rekonstruksi darurat.
Perekonomian Afghanistan hampir seluruhnya berbasis uang tunai, hanya 10 persen orang yang diyakini memiliki rekening bank.
Selain itu, ekonomi negara itu sebagian besar ditopang oleh bantuan asing, menurut Bank Dunia.
Atif Mian, seorang profesor ekonomi di Universitas Princeton, mengatakan di Twitter bahwa kemiskinan Afghanistan telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Baca juga: Wali Kota Wanita Afghanistan Sebut Semua Orang Harus Disalahkan atas Kembalinya Taliban
Baca juga: Profil Aryana Sayeed, Diva Pop Afghanistan yang Berhasil Kabur dari Pasukan Taliban
"Uang asing secara artifisial meningkatkan daya beli domestik - artifisial dalam arti bahwa itu tidak terkait dengan peningkatan produktivitas domestik," katanya, Minggu (22/8/2021).
Sejak jatuhnya Kabul, sangat sulit untuk mendapatkan uang masuk atau keluar dari Afghanistan.
Dua perusahaan yang biasa digunakan warga Afghanistan untuk mengirim uang, Western Union dan MoneyGram, telah menghentikan transaksi dengan negara itu.
Hawalas, jaringan perdagangan uang orang-ke-orang yang berusia berabad-abad, juga dilaporkan hampir berhenti.
Baca artikel terkait konflk di Afghanistan
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)