"Dulu, kami akan membeli barang dari satu atau dua rumah tangga dalam seminggu. Sekarang, jika Anda memiliki toko besar, Anda dapat memiliki isi 30 rumah tangga sekaligus. Orang-orang tidak berdaya dan miskin," katanya kepada AFP.
"Mereka menjual barang-barang mereka yang bernilai $6.000 (Rp 85 juta) dengan harga sekitar $2.000 (Rp 28 juta)," tambahnya.
Mostafa mengatakan tidak punya rencana untuk pergi.
Ia menambahkan, pembeli di tokonya sering kali adalah mereka yang melarikan diri dari provinsi pedesaan demi mencari keamanan ibu kota ketika Taliban melancarkan serangan besar-besaran.
Seorang tukang kain lainnya, yang tidak mau disebutkan namanya karena takut akan keselamatannya, mengatakan kepada AFP, baru mendirikan kiosnya dalam beberapa pekan terakhir.
"Saya adalah seorang pelatih di militer selama 13 tahun," katanya.
Ia menambahkan hidup dalam ketakutan akan Taliban.
"Sayangnya, masyarakat kami terbalik, jadi kami terpaksa melakukan hal lain. Saya menjadi seorang ragman (pengumpul kain tua) kami tidak punya pilihan lain," katanya.
Baca artikel lain seputar Konflik di Afghanistan
(Tribunnews.com/Rica Agustina/Ika Nur Cahyani)