Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Hari ini, Selasa (30/11/2021) Putra Mahkota kekaisaran Jepang, Akishinomiya berulang tahun ke-56.
"Saya kecewa karena saya ingin konferensi pers perkawinan Putri Mako dalam format dua arah daripada format satu arah," ungkap Akishinomiya saat memberi keterangan pers kepada wartawan, Senin (29/11/2021) kemarin.
Putri Mako menyebutkan bahwa dia menderita "PTSD" kompleks.
"Saya pikir itu sulit karena mungkin saja kejang bisa terjadi selama konferensi," kata Putri Mako, yang berada dalam keadaan di mana dia tidak bisa bertanya, diungkapkan Akishinomiya dan pejabat badan Rumah Tangga kekaisaran Jepang.
Tentang reuni dengan Komuro, Yang Mulia Akishinomiya menjawab "Saya tidak terlalu terkesan kepadanya."
"Saya pikir publik harus diprioritaskan daripada individu."
Baca juga: Daftar 15 Negara yang Tutup Pintu Kedatangan Warga Dari Afrika, Jepang dan Israel Tolak Warga Asing
Putri Mako tidak yakin dengan opini publik bahwa dia perlu memprioritaskan dirinya daripada publik.
Sebuah kata yang menyatakan bahwa "jika Anda harus memprioritaskan publik daripada saya, Anda tidak akan bisa menikah dalam 10 atau 20 tahun."
"Pada akhirnya, saya menerima permintaan putri sulung saya dan menerima pernikahan tanpa hubungan antar rumah," tambah Akishinomiya.
Yuji Otabe, seorang profesor emeritus di Universitas Kesejahteraan Shizuoka, yang akrab dengan sistem kekaisaran modern memberikan komentarnya.
"Ada tanda kuat bahwa kekuatan kerajaan sedang bekerja di jalan menuju pernikahan dan kehidupan saat ini, dan banyak orang mengatakan bahwa ada "manisnya" sebagai orang tua Pangeran Akishino dan Kiko yang mengizinkannya."
"Saya merasakannya, apalagi, sementara banyak orang yang khawatir dengan kehidupan besok akibat pandemi corona, penampilan menikmati kehidupan pengantin baru di sebuah kondominium di NY memberontak sentimen nasional."
"Itu wajar bagi keluarga kerajaan untuk mencari kehidupan pribadi, tetapi pertama-tama, itu didasarkan bahwa mereka berada dalam posisi publik, dan itulah sebabnya mereka menikmati banyak hak istimewa. Sulit untuk melepaskan diri dari nasib itu sejak mereka lahir. sebagai keluarga kerajaan," tambah Otabe.