News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Inggris, AS, dan Australia Boikot Olimpiade Beijing 2022, China: Mereka akan Terima Konsekuensinya

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto diambil pada 3 November 2021, memperlihatkan para aktivis berkumpul di depan Konsulat China di Los Angeles, California, menyerukan boikot Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 karena kekhawatiran atas catatan hak asasi manusia China.

"Kami memperhatikan keputusan Amerika. Ketika kami memiliki kekhawatiran tentang hak asasi manusia, kami mengatakannya kepada China, kami mengambil sanksi terhadap Xinjiang Maret lalu. Kami akan berkoordinasi di tingkat Eropa," bunyi pernyataan itu.

Baca juga: AS Boikot Diplomatik di Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022, Ini Alasannya

Baca juga: Menlu AS dan China Ikut Berpartisipasi pada Bali Democracy Forum Ke-14

Sebelumnya, China telah menyayangkan sikap AS setelah pengumuman boikotnya, dengan mengatakan negara itu akan "membayar harga."

Kementerian luar negeri China Zhao Lijian mengatakan kepada wartawan saat itu untuk menantikan tindak lanjut.

China secara konsisten membantah tuduhan pelanggaran hak asasi manusia yang dilaporkan secara luas terhadap komunitas minoritas Uyghur di wilayah Xinjiang.

AS semakin meningkatkan berbagai tindakan terhadap China.

Dewan Perwakilan Rakyat AS pada hari Rabu mengeluarkan tiga tindakan terhadap China yang melarang impor dari Xinjiang.

AS mengutuk "genosida yang sedang berlangsung" dan juga kerja paksa di wilayah tersebut, selain dari dugaan pelanggaran hak asasi manusia.

Sebuah resolusi yang mengatakan Komite Olimpiade Internasional melanggar komitmen hak asasi manusianya sendiri dengan bekerja sama dengan China telah disahkan.

Sebanyak 428 suara mendukung dan tidak ada yang menentangnya.

Gao Feng, juru bicara kementerian perdagangan China, mengatakan negaranya "dengan tegas menentang" tindakan tersebut.

"Kesalahan AS akan merugikan kepentingan konsumen dan perusahaan di kedua negara dan meningkatkan ketegangan pada rantai pasokan global," tambahnya.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini