Lebih lanjut, Roderick Alba mengatakan polisi telah dikerahkan untuk operasi bantuan dan untuk memastikan ketertiban di daerah yang dilanda bencana.
Ribuan personel militer, penjaga pantai, dan pemadam kebakaran juga telah dikerahkan ke daerah-daerah yang terkena dampak parah.
Penjaga pantai dan kapal angkatan laut, serta pesawat yang membawa makanan, air dan pasokan medis juga dikerahkan.
Sementara alat berat, seperti backhoe dan front-end loader, telah dikirim untuk membantu membersihkan jalan yang terhalang oleh tiang listrik dan pohon yang tumbang.
Adapun operasi bantuan telah dipercepat tetapi tetap terhambat oleh kerusakan yang disebabkan oleh komunikasi dan saluran listrik, yang belum dipulihkan di banyak daerah yang hancur.
Baca juga: Resmi Beroperasi, Pelabuhan Patimban Ekspor Perdana 1.209 Kendaraan ke Filipina
Baca juga: Rodrigo Duterte Mundur dari Pemilihan Senat Filipina
Sementara itu, Presiden Rodrigo Duterte telah berkomitmen untuk mengucurkan dana sekitar 2 miliar peso Filipina atau sekira Rp 575,7 miliar ke provinsi-provinsi untuk membantu upaya pemulihan.
Palang Merah Filipina meminta bantuan sebesar 20 juta franc Swiss atau sekira Rp 312,6 miliar, dan mengatakan tindakan internasional sangat penting bagi ratusan ribu orang yang terkena dampak Topan Rai.
"Warga Filipina bersatu dengan keberanian, tetapi setelah kehilangan segalanya dalam badai ganas ini, dukungan internasional akan memungkinkan ratusan ribu orang membangun kembali rumah mereka dan mata pencaharian yang hancur," kata Richard Gordon, ketua Palang Merah Filipina.
Informasi lebih lanjut, Topan Rai melanda Filipina di akhir musim topan, yang kebanyakan siklon biasanya berkembang antara Juli dan Oktober.
Para ilmuwan telah lama memperingatkan bahwa topan menjadi lebih kuat dan menguat lebih cepat ketika dunia menjadi lebih hangat karena perubahan iklim yang didorong oleh ulah manusia.
Filipina merupakan salah satu negara paling rentan di dunia terhadap dampak perubahan iklim.
Filipina dilanda rata-rata 20 badai dan topan setiap tahun, yang biasanya menggagalkan panen, merusak rumah dan infrastruktur di daerah.
(Tribunnews.com/Rica Agustina)