TRIBUNNEWS.COM - Sebuah rumah sakit Israel mengkonfirmasi kematian pertama dari seorang pasien yang terinfeksi varian Omicron pada Selasa (21/12/2021).
Pihak rumah sakit menjelaskan, pasien juga memiliki sejumlah kondisi serius yang sudah ada sebelumnya.
Dikutip dari CNA, Pusat Medis Soroka di Beersheba mengatakan, pria itu berusia sekitar 60 tahun.
Dia meninggal pada hari Senin (20/12/2021), dua minggu setelah dia dirawat di bangsal virus corona.
Baca juga: Varian Omicron Jadi Varian Dominan di AS dan Picu 73 Persen Kasus Baru Covid-19
Baca juga: India Laporkan 200 Kasus Omicron di 12 Negara Bagian
Sebuah pernyataan rumah sakit mengatakan pasien menderita berbagai penyakit serius.
"Mobiditasnya terutama berasal dari penyakit yang sudah ada sebelumnya dan bukan dari infeksi pernapasan yang timbul dari virus corona," katanya.
Setelah Tes PCR dicurigai bahwa pasien tersebut terinfeksi varian Omicron sehingga dibawa untuk analisis DNA.
Laporan media Israel dari The Times of Israel dan Ynet mengatakan pasien telah menerima dua dosis vaksin.
Sebelumnya Kementerian Kesehatan mengatakan setidaknya ada 340 kasus Omicron yang terdeteksi di Israel.
Kantor Perdana Menteri Naftali Bennett mengatakan, pemerintah Israel menyetujui pengurangan kehadiran di kantor sebesar 50 persen untuk pegawai sektor publik.
Hal itu untuk mendorong lebih banyak pekerjaan jarak jauh.
Sementara kantor Menteri Pertahanan Benny Gantz mengatakan dia memerintahkan Komando Depan Militer, yang ditugaskan dengan tindakan anti-pandemi, untuk mempersiapkan kemungkinan 5.000 kasus baru per hari.
Omicron Lebih Cepat Menyebar
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut varian Omicron menyebar lebih cepat daripada Delta.
Dikatakan bahwa varian Omicron dapat menginfeksi orang yang sudah divaksinasi.
Varian baru ini juga dapat menyebar ke orang-orang yang pernah terpapar Covid-19 sebelumnya.
“Sekarang ada bukti yang konsisten bahwa Omicron menyebar secara signifikan lebih cepat daripada varian Delta,” kata kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam jumpa pers di Jenewa, Senin (20/12/2021), seperti dikutip dari Al Jazeera.
Sementara itu, Israel telah menambahkan Amerika Serikat ke daftar "larangan terbang", dengan alasan kekhawatiran atas penyebaran varian virus corona Omicron yang baru.
Bertindak atas rekomendasi kementerian kesehatan, menteri kabinet Israel pada hari Senin memilih untuk menempatkan Amerika Serikat, Italia, Belgia, Jerman, Hongaria, Maroko, Portugal, Kanada, Swiss, dan Turki dalam daftar larangan terbang.
Di Eropa, Jerman telah mengesampingkan penguncian Natal tetapi memperingatkan gelombang Covid-19 kelima tidak dapat lagi dihentikan di tengah penyebaran Omicron.
Omicron Mendominasi Kasus Covid-19 AS
Varian Omicron yang menyebar cepat sekarang telah menjadi jenis virus corona yang mendominasi di Amerika Serikat.
Mengutip CNN, terhitung 73,2 persen dari kasus baru selama seminggu terakhir adalah Omicron.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit melaporkan lonjakan untuk pekan yang berakhir pada Sabtu (18/12/2021).
Selama periode waktu yang sama di negara bagian Pacific Northwest Oregon, Washington, dan Idaho, Omicron menyumbang 96,3 persen dari kasus baru.
Baca juga: Moderna: Suntikan Booster Tampaknya Efektif Lawan Varian Covid Omicron
Baca juga: Omicron Mendominasi Kasus Baru Covid-19 di AS: Sumbang 73 Persen hingga Kematian Pertama Dilaporkan
Varian Covid-19 Omicron telah diidentifikasi di setidaknya 48 negara bagian AS, selain Washington, DC, dan Puerto Rico, menurut pernyataan publik dari sistem rumah sakit dan pejabat negara bagian di negara bagian masing-masing.
Hanya Oklahoma dan South Dakota yang belum melaporkan kasus varian tersebut.
Varian Omicron menyebabkan lebih dari 73 persen kasus virus corona baru di AS, menurut perkiraan yang diposting Senin oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.
(Tribunnews.com/Yurika)