Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Profesor Hiroki Kamata (66), seorang geoscientist Jepang memperkirakan Jepang akan mengalami kerugian sedikitnya 95 triliun yen jika gempa besar terjadi di darah Kanto (Tokyo dan sekitarnya) dengan kekuatan 7 Magnitudo di Tokyo.
Sementara jumlah korban jiwa sedikitnya 20.000 orang.
Profesor Hiroki Kamata adalah Profesor Emeritus dari Universitas Kyoto, Spesialisasi dalam vulkanologi, studi perubahan global, pendidikan sains, dan penjangkauan.
"Kerugian ekonomi sekitar 96 triliun yen dan warga yang meninggal sedikitnya 20.000 orang apabila gempa bumi besar dengan kekuatan 7 magnitudo terjadi di Tokyog," papar Profesor Hiroki Kamata, Kamis (30/12/2021) padi di TV Asahi.
Ledakan gempa bumi di daerah Kanto (Tokyo dan sekitarnya) menurutnya berlangsung sekitar 40 tahun.
Kalau melihat sejarah, gempa bumi besar pertama di Kanto terjadi tahun 1703 dengan kejuatan M8,2.
Kemudian tahun 1782 dengan kekuatan M7.
Lalu gempa tahun 1855 dengan kekuatan M6,9.
Kemudian gempa tahun 1894 dengan kekuatan M7, gempa tahun 1923 dengan kekuatan M8,2.
"Setelah hampir 100 tahun tidak ada gempa besar di daerah kanto Jepang dan di dekat Gunung Fuji dengan gempa cukup besar sekitar M5, tanggal 3 Desember lalu, merupakan tanda-tanda akan ada gempa besar kembali di Kanto," tambahnya.
Profesor Kamata menuliskan analisisnya mengenai Gunung Fuji.
Baca juga: Apa yang Terjadi Jika Gunung Fuji Meletus? Profesor Jepang Gambarkan Simulasi, Persiapan Bagi Warga
Di kaki barat laut Gunung Fuji, ada hutan perawan luas yang disebut "Aokigahara Jukai".
Lava kasar dapat dilihat di bawah hutan lebat.