TRIBUNNEWS.COM - Iran telah meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar mengambil tindakan formal terhadap Amerika Serikat (AS) atas pembunuhan jenderal utamanya pada awal tahun 2020 lalu.
Sebelumnya, kematian Jenderal top Iran, Qassem Soleimani dua tahun lalu mengguncang dunia.
Teheran mengatakan Komandan Pasukan elit, Quds dari Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC), Qassem Soleimani saat itu berada di Ibu Kota Irak, Baghdad dalam misi diplomatik ketika konvoinya dihantam rudal yang ditembakkan dari drone AS.
Melansir Al Jazeera, Komandan Irak Abu Mahdi al-Muhandis dan beberapa lainnya juga tewas dalam serangan itu.
Baca juga: Media Israel Diretas di Hari Pembunuhan Jenderal Iran Qassem Soleimani, Dianggap sebagai Ancaman
Baca juga: Putri Jenderal Qassem Soleimani Kembali Ungkapkan Dukungan untuk Palestina
Dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Majelis Umum PBB, Sabtu malam (1/1/2021), departemen hukum kantor kepresidenan Iran menyerukan "semua inisiatif hukum dalam kekuasaannya, termasuk mengeluarkan resolusi" untuk mengutuk pemerintah AS dan mencegah langkah serupa di masa depan.
Surat itu mengatakan pemerintah AS, selama bertahun-tahun, telah menunjukkan "unilateralisme yang berlebihan" dalam tindakan yang memberi mereka kekuatan untuk melanggar hukum dan perjanjian internasional.
Surat itu datang tak lama menjelang peringatan tewasnya Soleimani pada 3 Januari .
Mantan Presiden AS Donald Trump, yang memerintahkan pembunuhan Soleimani saat itu mengatakan bahwa jenderal top tersebut adalah "teroris top dunia" dan "seharusnya sudah dilenyapkan sejak lama".
Baca juga: Putri Jenderal Qassem Soleimani : Intifada Satu-satunya Jalan Melawan Israel
Baca juga: Pengadilan Iran-Irak Sepakat Buru Para Pembunuh Jenderal Qassem Soleimani
Red notices
Tahun lalu, Iran meminta "red notices" Interpol terhadap puluhan pejabat AS.
Pengadilan Irak juga mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Presiden Trump.
Pembunuhan Soleimani membawa Iran dan AS ke ambang perang.
IRGC meluncurkan 12 rudal di dua pangkalan AS di Irak dalam serangan rudal balistik terbesar yang pernah ada terhadap Amerika.
Saat itu, tidak ada korban yang dilaporkan tetapi lebih dari 100 anggota layanan AS dilaporkan menderita cedera otak traumatis.
Baca juga: Iran Incar Donald Trump dan 47 Pejabat AS yang Berperan Bunuh Jenderal Qassem Soleimani
Baca juga: Irak Tuntut Pasukan AS Mundur pada Saat Peringatan Setahun Kematian Qassem Soleimani