TRIBUNNEWS.COM - Jelang 70 tahun kepemimpinan Ratu Elizabeth II, terjadi skandal hingga suara-suara yang menginginkan monarki Inggris digulingkan.
Sejumlah skandal terjadi di lingkungan Kerajaan Inggris dalam beberapa tahun terakhir.
Mulai dari kasus asusila Pangeran Andrew, keluarnya Pangeran Harry dari anggota senior, hingga tuduhan rasisme di lingkungan kerajaan.
Diketahui, Elizabeth Alexandra Mary dinobatkan sebagai Ratu Inggris pada 6 Februari 1952.
Pengabdian Ratu dikenal sangat dalam kepada monarki, terbukti dengan terjaganya Kerajaan Inggris yang telah berusia hampir 1.000 tahun itu.
Baca juga: Pangeran Andrew Menangis saat Gelarnya Dilucuti Ratu Elizabeth Buntut Kasus Pelecehan Seksual
Baca juga: Profil Pangeran Andrew, Anak Ketiga Ratu Elizabeth dan Pangeran Philip
"Monarki dan ratu identik bagi kebanyakan orang," kata Graham Smith, kepala kelompok anti-monarki.
"Begitu kita melewati akhir masa pemerintahan ratu, semua taruhan tentang kemana opini publik akan pergi," tambahnya, dikutip dari Reuters.
Dia mengatakan, sementara hanya tindakan parlemen yang diperlukan untuk mengakhiri monarki, kemungkinan besar harus ada referendum terlebih dahulu.
Selama era Elizabeth II, posisi terendah kerajaan terjadi pada 1990an saat kegagalan tiga pernikahan anaknya dan kematian Putri Diana di 1997.
Di sisi lain, kerajaan mendapat simpati publik pada pernikahan Pangeran William dengan Kate Middleton pada 2011, dan kelahiran keturunan monarki.
Istana Buckingham mengatakan, akan menggelar perayaan selama empat hari pada Juni untuk ulang tahun platinum Ratu dan memperingati 70 tahun ia berkuasa.
Skandal Anggota Kerajaan Inggris
Bagi pendukung monarki, Ratu dinilai sebagai penstabil dan penyumbang perekonomian Inggris dari segi pariwisata.
Sementara anti-monarki, menganggap kerajaan adalah benteng dari hak istimewa yang tidak layak, didanai para pembayar pajak, dan beberapa anggotanya terlibat skandal.
Pangeran Andrew (61) yang disebut-sebut anak kesayangan Ratu, dicopot dari gelar militer dan perlindungan sebagai anggota kerajaan karena kasus asusila.
Sebelumnya, Pangeran Harry dan istrinya, Meghan Markle keluar dari anggota senior kerajaan dan pindah ke Los Angeles AS.
Pasangan ini juga beberapa kali mengritik keluarganya.
Pangeran Charles baru-baru ini juga disorot karena orang kepercayaannya dituding menawarkan penghargaan sebagai imbalan atas sumbangan di badan amal.
Hasil Jajak Pendapat
Menurut jajak pendapat pada Desember, mayoritas publik masih menginginkan monarki tetap ada di Inggris dengan 83% berpandangan positif kepada Ratu Elizabeth II.
Di sisi lain, jajak pendapat menunjukkan mayoritas di bawah 30 mendukung menyingkirkan monarki.
Namun tidak ada tanda-tanda Partai Konservatif yang berkuasa akan menyetujui diakhirinya monarki.
Baca juga: Pangeran William Disebut Terlibat dalam Pencopotan Pangeran Andrew, Ratu Tak Buat Keputusan Sepihak
Baca juga: Akun Media Sosial Pangeran Andrew Dihapus, Biografi di Situs Keluarga Kerajaan Ditulis Masa Lalu
November lalu, Barbados mencopot Ratu Elizabeth sebagai kepala negara.
Pangeran Charles, sebagai calon raja, kurang populer terlebih dari kalangan anak muda.
"Saya pikir itu tidak lagi penting," kata seorang siswa bernama Margaux Butler.
"Saya membenci ide itu (Charles menjadi raja). Saya tidak keberatan dengan keluarga kerajaan secara umum, tetapi saya pikir dia agak kontroversial dan saya pikir banyak orang muda merasakan hal yang sama," ujarnya.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)