Kebijakan virus corona Hong Kong telah mengubah pusat perjalanan dan bisnis Asia menjadi salah satu kota besar paling terisolasi di dunia.
Korban ekonomi dan psikologis dari pendekatan garis keras meningkat dengan cepat. Ini dikarenakan kebijakan yang diterapkan menjadi lebih kejam daripada yang pertama kali diterapkan pada awal pandemi pada tahun 2020.
Penerbangan turun sekitar 90%, sekolah, taman bermain, gym, serta sebagian besar tempat lainnya ditutup. Restoran tutup pukul 6 sore. Sementara kebanyakan orang, termasuk sebagian besar pegawai negeri, bekerja dari rumah.
Semua pembatasan kegiatan ini diperpanjang hingga 24 Februari.
Tidak hanya itu, izin vaksin kota juga akan diberlakukan. Menurut Lam, orang-orang yang ingin memasuki pusat perbelanjaan, supermarket, dan tempat-tempat lain harus divaksinasi terlebih dulu.
Fasilitas karantina pemerintah juga mendekati maksimum karena pihak berwenang berjuang untuk mengikuti skema pelacakan kontak yang kaku.
Banyak pakar kesehatan mengkritik strategi Hong Kong saat ini yang menutup diri, ketika seluruh dunia beralih ke hidup dengan virus corona.
Dokter mengatakan kesehatan mental masyarakat akan menderita, terutama di keluarga di mana orang berpenghasilan lebih rendah, atau anak-anak tidak bisa pergi ke sekolah karena pembatasan.
Berburu toko sayuran, seorang pria berusia 60 tahun, yang bermarga Ngai, mengatakan pihak berwenang harus membantu memasok lebih banyak makanan karena harga melonjak.
"Pemerintah tidak melakukan apa-apa, sehingga penjual sayur menaikkan harga," katanya. "Sangat sulit menjadi orang Hong Kong."
artikel ini sudah tayang di KONTAN dengan judul Warga Hong Kong Semakin Sengsara, Ada Pembatasan Sosial dan Kekurangan Sayuran