Namun Jumat (11/2/2022) lalu Amerika Serikat memperingatkan semua orang Amerika di Ukraina untuk meninggalkan negara itu dalam waktu 48 jam sebagai persiapan atas kemungkinan invasi.
Baca juga: Situasi Rusia-Ukraina Semakin Memanas, Pemerintah RI Rencanakan Evakuasi WNI
Baca juga: Rusia Tuduh Negara Barat Sebarkan Disinformasi tentang Ukraina
"Cara mereka membangun kekuatan, cara mereka melakukan manuver di tempat membuat kemungkinan yang jelas bahwa akan ada aksi militer besar segera," katanya.
"Dan kami siap untuk terus bekerja dalam diplomasi, tetapi kami juga siap untuk menanggapi secara bersatu dan tegas dengan sekutu dan mitra kami jika Rusia melanjutkan," sebutnya.
Surat kabar Washington Post melaporkan bahwa evaluasi atas intelijen baru dan bukti di lapangan yang dirilis Jumat (11/2/2022) lalu menunjukkan bahwa Rusia sepenuhnya siap untuk melancarkan serangan dengan 130.000 tentara dan persenjataan utama di sekitar Ukraina di tiga sisi.
Rusia juga telah melakukan latihan militer di Rusia selatan, Laut Hitam dan Belarusia, yang berbatasan dengan Ukraina di utara.
Sullivan mengatakan serangan kemungkinan akan dimulai dengan serangan rudal dan serangan bom yang signifikan yang dapat membunuh warga sipil.
Baca juga: Makin Panas, Militer Rusia Kepung Ukraina dari Darat dan Laut, AS Enggan Terlibat Konflik Terbuka
Baca juga: Harga Bensin di Tokyo Jepang Terus Melonjak Dampak Ketegangan Ukraina-Rusia
Menurutnya, itulah sebabnya Amerika Serikat telah mendesak orang Amerika untuk meninggalkan negara itu di saat pilihan transportasi komersial masih tersedia.
“Itu tidak pernah setepat yang diinginkan militer – militer mana pun, kami bahkan tidak tahu seberapa tepat militer Rusia menginginkan mereka,” katanya tentang serangan rudal dan bom.
“Warga sipil yang tidak bersalah dapat terbunuh, tak peduli kebangsaan mereka. Kemudian akan diikuti oleh serangan pasukan darat yang bergerak melintasi perbatasan Ukraina,” katanya.
“Sekali lagi, di mana warga sipil yang tidak bersalah dapat terjebak dalam baku tembak atau terjebak di tempat-tempat yang tidak dapat mereka pindahkan,” sebutnya.
Israel juga telah mengirim pesan yang mendesak sekitar 15.000 warga Israel di negara itu untuk segera pergi.
Baca juga: Hadapi Kemungkinan Invasi dari Rusia, Ukraina Terima Pasokan Rudal Anti-Pesawat dari Lithuania
Baca juga: Krisis Rusia-Ukraina Tekan Harga Aset Kripto, Bitcoin Jatuh, Dogecoin Shiba Inu Naik Tipis
Selain itu, Sullivan menegaskan kembali kemungkinan bahwa Rusia dapat menggunakan operasi terselubung sebagai dalih untuk melancarkan invasi.
"Kami memiliki informasi yang kami kumpulkan melalui intelijen yang menunjukkan bahwa ada perencanaan aktif untuk ini, dan bukan hanya Amerika Serikat yang mengatakannya," kata Sullivan.
Ia mengatkan, pihaknya memiliki sekutu NATO di lapangan dan mengatakannya juga, karena mereka telah dapat meninjau intelijen itu, menilai kredibilitasnya dan mencapai kesimpulan yang sama yang telah kami capai.