TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) mengatakan pihaknya memiliki informasi yang menyebutkan bahwa Rusia telah membuat daftar warga Ukraina yang akan dibunuh atau dikirim ke kamp jika terjadi invasi.
Hal itu disampaikan AS dalam surat peringatan yang dikirim ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Minggu (20/2/2022).
Surat itu, yang datang ketika Washington memperingatkan invasi segera oleh pasukan Rusia yang berkumpul di dekat perbatasan Ukraina, mengatakan AS sangat prihatin akan potensi bencana hak asasi manusia.
"AS memiliki informasi yang dapat dipercaya yang menunjukkan pasukan Rusia membuat daftar orang Ukraina yang diidentifikasi untuk dibunuh atau dikirim ke kamp-kamp setelah pendudukan militer," kata surat itu sebagaimana dikutip Channel News Asia.
Selain itu, AS mengatakan pihaknya memiliki informasi yang kredibel tentang kemungkinan pasukan Rusia menggunkan langkah-langkah yang mematikan untuk membubarkan aksi protes.
Baca juga: Konflik Rusia-Ukraina Memanas, Biden Siap Bertemu Putin Asalkan Syarat Terpenuhi
"Kami juga memiliki informasi yang kredibel bahwa pasukan Rusia kemungkinan akan menggunakan langkah-langkah mematikan untuk membubarkan protes damai atau melawan latihan damai dari perlawanan yang dirasakan dari penduduk sipil," kata pesan yang ditujukan kepada Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Michelle Bachelet.
Surat yang ditandatangani oleh Bathsheba Nell Crocker, duta besar AS untuk PBB di Jenewa ini, memperingatkan invasi Rusia ke Ukraina dapat membawa serta pelanggaran seperti penculikan atau penyiksaan, dan dapat menargetkan pembangkang politik dan agama dan etnis minoritas.
Sebagai infromasi, konflik antara Rusia dan Ukraina berawal dari Moskow yang ingin Barat menjauhkan Kyiv dan negara-negara bekas Soviet lainnya dari NATO, menghentikan penyebaran senjata di dekat perbatasan dan menarik mundur pasukan dari Eropa Timur.
AS dan sekutunya secara bulat menolak tuntutan itu.
Rusia sendiri telah menempatkan lebih dari 150.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina dalam beberapa pekan terakhir, menurut perkiraan AS dan sekutu Barat.
Baca juga: Surat dari AS Mengklaim Rusia Targetkan Orang Ukraina yang akan Dibunuh atau Ditahan
Pada Kamis (17/2/2022), AS melaporkan Rusia telah menambahkan 7.000 tentara ke pasukan yang ditempatkan di sepanjang perbatasan Ukraina, meski sebelumnya mengklaim akan menarik pasukannya.
Presiden Ukraina Ajak Putin Bertemu
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyerukan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk bertemu dengannya dan mencari resolusi atas krisis yang terjadi, Sabtu (19/2/2022).
Zelensky mengaku tidak tahu apa yang diinginkan Rusia, untuk itu dia mengusulkan diadakannya pertemuan dengan Putin.
Berbicara di Konferensi Keamanan Munich, di mana dia juga bertemu dengan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS), Kamala Harris, Zelenskyy mengatakan Ukraina hanya ingin menempuh jalur diplomatik.
Zelensky menambahkan, Rusia dapat memilih lokasi untuk pertemuan tersebut.
"Saya tidak tahu apa yang diinginkan presiden Federasi Rusia, jadi saya mengusulkan pertemuan," kata Zelensky seperti dikutip AP News.
"Ukraina akan terus mengikuti hanya jalur diplomatik demi penyelesaian damai."
Selanjutnya, Zelensky mengatakan dia menginginkan jaminan keamanan baru untuk memperbaiki arsitektur keamanan global yang menurutnya "hampir rusak".
Zelensky mendesak negara-negara Barat untuk menjatuhkan sanksi terhadap Rusia di tengah meningkatnya ketegangan di timur negara itu.
Baca juga: Kedutaan AS Imbau Warganya Berhati-hati dengan Ancaman Serangan Teror di Rusia
Zelensky juga ingin mengadakan pertemuan anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yang mencakup Rusia, bersama dengan Jerman dan Turki.
Dia kemudian mengutuk kebijakan peredaan terhadap Rusia, yang meluncurkan latihan militer nuklir pada hari Sabtu (19/2/2022).
"Selama delapan tahun, Ukraina telah menahan salah satu tentara terbesar di dunia," kata Zelensky dikutip dari Aljazeera.
Zelensky menyerukan kerangka waktu yang jelas dan layak bagi Ukraina untuk bergabung dengan aliansi militer NATO yang dipimpin AS.
Baca juga artikel lain terkait Konflik Rusia Vs Ukraina
(Tribunnews.com/Ica)