Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA - Rusia telah melancarkan operasi khusus pada Kamis dini hari ke Ukraina.
Serangan dilakukan setelah Rusia mengakui kedaulatan Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Lugansk (LPR) yang memproklamirkan diri telah merdeka.
Sebelumnya dua wilayah di Donbass, Ukraina itu meminta bantuan Rusia untuk mempertahankan diri dari serangan berkelanjutan yang diklaim dilakukan pasukan Ukraina.
Dikutip dari laman Sputnik News, Jumat (25/2/2022), Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim operasi tersebut hanya menargetkan infrastruktur militer Ukraina dan memastikan penduduk sipil tidak dalam bahaya.
Rusia juga menegaskan tidak memiliki rencana untuk menduduki Ukraina.
Sementara itu pada hari yang sama, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengesahkan sanksi baru terhadap Rusia, menargetkan industri kritis dan beberapa individu.
Baca juga: Ukraina Dikabarkan Punya Ribuan Senjata Nuklir, Tapi Tak Bisa Digunakan untuk Menyerang Rusia
Ia juga mengatakan bahwa pengerahan pasukan tambahan AS ke Jerman demi memperkuat kehadiran NATO di sisi timurnya pun telah disahkan.
Dalam pidato videonya yang disiarkan baru-baru ini, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa ia melancarkan serangan hanya untuk membela negaranya.
Baca juga: Rusia Klaim Hancurkan 74 Fasilitas Militer Ukraina dan Kuasai Bandara Militer 36 Kilometer Dari Kiev
"Peristiwa hari ini bukan tentang keinginan untuk merugikan kepentingan Ukraina dan Ukraina. Ini tentang membela Rusia sendiri dari mereka yang menyandera Ukraina dan mencoba menggunakannya untuk melawan negara kami dan negara kami. Saya ulangi, tindakan kami adalah pembelaan diri terhadap ancaman pada kami dan masalah yang lebih besar dari yang kami hadapi sekarang," tegas Putin.
74 fasilitas militer
Dilansir Associated Press, Kamis (24/2/2022), akibat serangan tersebut, Rusia mengklaim pasukannya telah menghancurkan 74 fasilitas militer Ukraina.
Selain itu, pasukan khusus Rusia berhasil menguasai sebuah bandara Antonov, hanya 25 kilometer dari batas Ibu Kota Kiev dan 36-40 kilometer dari istana kepresidenan.
Menteri Pertahahanan Rusia Sergei Shoigu memerintahkan agar prajuri Ukraina diperlakukan 'dengan hormat' dan mereka yang meletakan senjata diberikan jalan yang aman untuk mundur.