TRIBUNNEWS.COM - Delegasi Rusia tiba di Belarus untuk melakukan pembicaraan dengan perwakilan Ukraina.
Informasi ini disampaikan oleh juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, kepada wartawan, menurut kantor berita negara Rusia, RIA-Novosti.
Peskov mengatakan, delegasi tersebut termasuk perwakilan dari Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan dan departemen lain, termasuk administrasi kepresidenan.
"Kami akan siap untuk memulai negosiasi ini di Gomel [Homiel]," kata Peskov.
Pernyataan Peskov melanjutkan pesan aktif dari Kremlin tentang proposal Rusia untuk mengirim perwakilan ke ibu kota Belarusia, Minsk.
Rusia akan berbicara dengan Kyiv, meskipun militernya terus melakukan serangan tanpa alasan di Ukraina, seperti dilaporkan CNN.com.
Sebelumnya, Kremlin mengklaim pihak Ukraina telah membalas dengan proposal untuk bertemu di Warsawa dan kemudian memutuskan kontak.
Pejabat tinggi Ukraina dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah menyatakan kesediaan untuk berbicara damai dengan Rusia.
Sedangkan Zelensky menanggapi, Ukraina mengatakan siap untuk pembicaraan damai dengan Rusia tetapi tidak di Belarus, dikutip dari CNBC TV 18.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menolak tawaran pembicaraan Rusia di Belarus pada hari Minggu (27/2/2022), dengan mengatakan Minsk sendiri terlibat dalam invasi Rusia.
Zelensky lalu memberikan pilihan terbuka untuk negosiasi di lokasi lain, selain di tempat yang terlibat invasi Rusia.
Baca juga: Rudal Rusia Hancurkan Kilang Minyak di Pinggir Ibu Kota Kiev, Warga Diminta Berlindung ke Bunker
Ukraina Mendirikan Legiun Relawan dari Luar Negeri
Presiden Zelenskiy, mengatakan, Ukraina akan mendirikan legiun asing untuk sukarelawan dari luar negeri, seperti dilaporkan CNBC TV 18.
Ukraina sedang membentuk legiun "internasional" asing untuk sukarelawan dari luar negeri, kata Presiden Volodymyr Zelenskiy, Minggu (27/2/2022).
"Ini akan menjadi bukti kunci dukungan Anda untuk negara kami," kata Zelenskiy dalam sebuah pernyataan.
Amerika Serikat, Kanada, Inggris, dan Eropa pada Sabtu (26/2/2022) sepakat untuk memblokir akses Rusia ke sistem pembayaran internasional SWIFT sebagai bagian dari putaran sanksi lain terhadap Moskow karena melanjutkan serangannya terhadap Ukraina.
Selain itu, Presiden Ukraina Volodymr Zelenskyy, juga mencari dukungan dari seluruh dunia melalui internet.
Foto dan video invasi brutal Rusia membanjiri internet, yang kemudian membangun gelombang dukungan di seluruh dunia untuk Ukraina dan melawan serangan Rusia.
Orang-orang turun ke jalan di banyak kota di seluruh dunia di negara-negara seperti Georgia, dan bahkan di Moskow—terlepas dari ancaman penangkapan dan banyak lagi.
Baca juga: Ikuti Inggris, Polandia Juga Larang Maskapai Rusia Terbang di Wilayah Udaranya
Bantuan untuk Ukraina
1. Polandia Menyediakan Kereta Evakuasi
Polandia akan menyediakan kereta khusus untuk mengangkut korban luka dari Ukraina ke berbagai rumah sakit di Warsawa.
"Polandia tidak melupakan bantuan untuk Ukraina. Kami memulai kereta untuk korban luka yang menderita akibat operasi militer Rusia melawan Ukraina," Stanisław aryn, juru bicara menteri koordinator layanan khusus, mengatakan dalam sebuah tweet.
2. Prancis Mengirim Bahan Bakar dan Peralatan Pertahanan
Prancis akan mengirim pasokan bahan bakar ke Ukraina bersama dengan peralatan pertahanan untuk mendukung perlawanan Ukraina terhadap invasi Rusia.
Pernyataan itu tidak memberikan perincian lebih lanjut tentang peralatan pertahanan, kemudian Elysée mengatakan kepada wartawan pada Sabtu (26/2/2022), peralatan ini dapat mencakup senjata anti-tank.
Dewan pertahanan nasional juga setuju untuk membekukan aset keuangan Rusia yang menjadi sasaran sanksi dan mengumumkan langkah-langkah untuk “memerangi propaganda dari influencer dan media Rusia di tanah Eropa."
Selain itu,, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan akan ada “penguatan sanksi ekonomi dan keuangan” sejalan dengan keputusan Uni Eropa dan AS.
3. Australia Memasok Peralatan Militer
Australia akan meningkatkan dukungan dan membantu memasok peralatan militer yang mematikan ke Ukraina.
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, mengatakan, Australia akan bekerja dengan anggota NATO untuk memasok senjata ke Ukraina.
Langkah untuk meningkatkan dukungan datang setelah Perdana Menteri mengatakan pada Jumat (25/2/2022), Australia akan menyediakan peralatan militer dan pasokan medis.
“Kami sudah memberikan dukungan yang signifikan dalam hal bantuan yang tidak mematikan, tetapi saya baru saja berbicara dengan menteri pertahanan, dan kami akan berusaha memberikan dukungan apa pun yang kami bisa untuk bantuan mematikan melalui mitra NATO kami, khususnya Amerika Serikat. dan Inggris Raya," kata Morrison di sela-sela kebaktian gereja untuk komunitas Ukraina Australia.
"[Mitra NATO kami] sudah memberikan dukungan di bidang ini dan kami akan membantu mereka dengan apa yang mereka lakukan."
Morrison juga mengatakan, Australia telah mempercepat pemrosesan visa warga Ukraina yang ingin memasuki Australia.
Mereka juga akan memberikan lebih banyak bantuan kemanusiaan dalam waktu dekat dan menggambarkannya sebagai "prioritas utama."
"Fokus kami adalah apa yang terjadi di Ukraina sekarang dan memberikan bantuan segera kepada mereka yang akan melintasi perbatasan ketika ratusan ribu orang mengungsi dan komunitas dunia akan bekerja sama dalam semua masalah itu. Australia akan bersiap untuk lebih banyak membantu, seperti yang kita lakukan dengan Afghanistan," kata Morrison.
Baca juga: Ukraina: Pasukan Rusia Memasuki Kota Kharkiv, Kendaraan Militer Bergerak
150.000 Warga Ukraina Mengungsi
Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi mengatakan, pada Sabtu (26/2/2022) ada lebih dari 150.000 orang terpaksa melarikan diri dari Ukraina.
"Lebih dari 150.000 pengungsi Ukraina kini telah menyeberang ke negara-negara tetangga, setengah dari mereka ke Polandia, dan banyak lagi ke Hungaria, Moldova, Rumania dan sekitarnya," katanya.
"Perpindahan di Ukraina juga meningkat tetapi situasi militer membuat sulit untuk memperkirakan jumlah dan memberikan bantuan," kata Grandi.
Lebih dari 150.000 pengungsi Ukraina saat ini telah menyeberang ke negara-negara tetangga.
Sebagian besar pengungsi pergi ke Polandia, Hongaria, Moldova, Rumania dan sekitarnya.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Perang Rusia VS Ukraina