TRIBUNNEWS.COM - Duta Besar Ukraina untuk Amerika Serikat, Oksana Markarova, menuding Rusia menggunakan bom vakum sebagai senjata termobarik dalam serangan terhadap Ukraina.
Bom vakum dapat menyedot oksigen dari udara sekitarnya untuk menghasilkan ledakan suhu tinggi.
Namun, hal ini belum dapat dikonfirmasi, meski menurut rekaman dari Ukraina telah menunjukkan peluncur roket termobarik pada kendaraan TOS-1 Rusia.
Dr Marcus Hellyer, analis senior di Institut Kebijakan Strategis Australia, mengatakan belum jelas apakah Rusia mengerahkan senjata termobarik di Ukraina, dikutip dari The Guardian.
Baca juga: Rusia Lancarkan Serangan di Kota Besar Ukraina, 7 Orang Meninggal dan 24 Terluka di Kharkiv
Apa Itu Bom Vakum atau Senjata Termobarik?
Senjata termobarik juga dikenal sebagai bom aerosol atau bahan peledak udara bahan bakar.
Senjata ini adalah amunisi dua tahap muatan:
1. Muatan tahap pertama mendistribusikan aerosol yang terbuat dari bahan yang sangat halus dari bahan bakar berbasis karbon hingga partikel logam kecil.
2. Muatan kedua menyalakan awan itu, menciptakan bola api, gelombang kejut yang sangat besar, dan ruang hampa karena menyedot semua oksigen di sekitarnya.
Kemudian, gelombang ledakan dapat bertahan lebih lama secara signifikan daripada bahan peledak konvensional dan mampu menguapkan tubuh manusia.
Senjata semacam itu digunakan untuk berbagai tujuan dan tersedia dalam berbagai ukuran.
Hellyer mengatakan apa yang mungkin kita lihat di Ukraina adalah Rusia menggunakan mereka dalam peran “penghancur bunker” untuk menghancurkan posisi pertahanan Ukraina.
Sedangkan versi peluncuran udara yang sangat besar dirancang untuk menghancurkan gua dan kompleks terowongan.
Bahan peledak ini pertama kali dikembangkan oleh AS dan digunakan di Vietnam.