Ukraina mengatakan tidak mungkin untuk membuat koridor yang aman setelah adanya laporan intelijen tentang kemungkinan "provokasi" Rusia di sepanjang rute.
Rusia, yang menginvasi Ukraina pada 24 Februari, membantah menargetkan warga sipil dan menyalahkan Ukraina atas kegagalan berulang kali untuk menyepakati koridor yang aman bagi penduduk yang terjebak.
"Federasi Rusia sedang bermain dengan kami. Kami berada di tangan penjajah," kata Boichenko.
Kedua belah pihak akan melanjutkan pembicaraan damai pada hari Selasa di Turki.
Baca juga: 160.000 Warga Terperangkap di Mariupol yang Dikepung Militer Rusia, Kondisinya Memprihatinkan
Baca juga: Pemerintah AS Sebut Militer Rusia Sebagai Dalang Peretasan Satelit Eropa
Mariupol secara luas dipandang sebagai hadiah strategis karena penangkapannya dapat memungkinkan Rusia untuk membuat jembatan darat antara Krimea dan dua kantong separatis di Ukraina timur.
Orang-orang yang telah melarikan diri dari Mariupol telah menggambarkan betapa sulitnya hidup selama berminggu-minggu di bawah pemboman yang hampir konstan.
"Tidak ada makanan untuk anak-anak, terutama bayi. Mereka melahirkan bayi di ruang bawah tanah karena perempuan tidak punya tempat untuk melahirkan, semua rumah sakit bersalin hancur," kata seorang pekerja bahan makanan dari Mariupol.
"Saya juga menemukan hari ini bahwa orang tua teman sekelas putra saya tercabik-cabik tepat di halaman di depan matanya."
Dia mengatakan warga yang terperangkap telah menghabiskan waktu mencari salju yang bisa mereka cairkan untuk mendapatkan air untuk mencuci tangan.
(Tribunnews.com/Yurika)