Sementara itu, pemerintah Kota Mariupol mengklaim hampir 5.000 orang, termasuk sekitar 210 anak-anak telah tewas di kota Mariupol, Ukraina selatan, sejak awal invasi Rusia.
Jumlah korban tersebut dilaporkan oleh juru bicara walikota, Senin (28/3/2022) lalu.
Diketahui, sudah lebih dari satu bulan Rusia membombardir wilayah Ukraina.
Rusia telah menghancurkan kota Mariupol,dan menjebak puluhan ribu penduduk tanpa listrik dan dengan sedikit pasokan.
Mengutip CNA, Kantor Walikota, Vadym Boichenko mengatakan 90 persen bangunan Mariupol telah rusak dan 40 persen hancur, termasuk rumah sakit, sekolah, taman kanak-kanak dan pabrik.
Sekitar 140.000 orang telah meninggalkan kota di Laut Azov sebelum pengepungan Rusia dimulai dan 150.000 telah keluar sejak invasi.
Sementara 170.000 orang masih berada di sana.
Boichenko, yang tidak lagi berada di Mariupol, mengatakan di televisi nasional pada Senin pagi bahwa sekitar 160.000 warga sipil masih terjebak di kota itu.
"Orang-orang berada di luar garis bencana kemanusiaan," katanya.
"Kita harus mengevakuasi Mariupol sepenuhnya."
Ukraina mengatakan tidak mungkin untuk membuat koridor yang aman setelah adanya laporan intelijen tentang kemungkinan "provokasi" Rusia di sepanjang rute.
Rusia, yang menginvasi Ukraina pada 24 Februari, membantah menargetkan warga sipil dan menyalahkan Ukraina atas kegagalan berulang kali untuk menyepakati koridor yang aman bagi penduduk yang terjebak.
"Federasi Rusia sedang bermain dengan kami. Kami berada di tangan penjajah," kata Boichenko.
Kedua belah pihak akan melanjutkan pembicaraan damai pada hari Selasa di Turki.