News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Perwakilan Khusus AS Prediksi Korea Utara akan Lakukan Uji Perangkat Nuklir Minggu Depan

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perwakilan Khusus AS untuk Kebijakan Korea Utara Sung Kim berbicara kepada wartawan di luar Departemen Luar Negeri di Washington, DC pada 18 Oktober 2021. Jelang peringatan Hari Matahari Korea Utara minggu depan, AS khawatir Pyongyang akan lakukan tindakan provokatif, seperti kemungkinan uji coba nuklir.

TRIBUNNEWS.COM - Jelang peringatan Hari Matahari Korea Utara minggu depan, AS khawatir Pyongyang akan melakukan tindakan provokatif, seperti kemungkinan uji coba nuklir, ABC News melaporkan.

"Kami, dalam kerja sama dan koordinasi dengan sekutu dan mitra kami, siap untuk menghadapi apa pun yang mungkin mereka (Korea Utara) lakukan," kata Utusan Khusus AS untuk Korea Utara Sung Kim.

"Dan saya ingin menekankan bahwa kami jelas berharap mereka akan menahan diri dari provokasi lebih lanjut."

Ia menambahkan, "Saya tidak ingin berspekulasi terlalu banyak, tetapi saya pikir itu bisa menjadi peluncuran rudal lain, itu bisa menjadi uji coba nuklir."

“Mudah-mudahan, peringatan itu bisa berlalu tanpa ada eskalasi lebih lanjut.”

Baca juga: Imbas Peluncuran Rudal Balistik, 5 Perusahaan Korea Utara Hadapi Sanksi Baru dari AS

Baca juga: Korea Utara Mengutuk Pernyataan Korea Selatan tentang Kemampuan Militer Pyongyang

Perwakilan Khusus AS untuk Republik Rakyat Demokratik Korea Sung Kim (kiri) berbicara selama pertemuan trilateral Jepang-AS-ROK di Korea Utara, di Tokyo pada 14 September 2021. (David MAREUIL / POOL / AFP)

Korea Utara akan merayakan kelahiran pendiri negara itu, Kim Il Sung, pada 15 April 2022.

Kim Il Sung adalah kakek dari diktator Kim Jong Un saat ini.

Negara yang terisolasi itu belum melakukan uji coba nuklir sejak September 2017.

Ketika perang Rusia di Ukraina memperburuk ketegangan antara Kremlin dan Barat, Sung Kim mengatakan diplomat Rusia dan China di PBB telah menghalangi setiap upaya AS untuk mengutuk serentetan peluncuran rudal Korea Utara baru-baru ini, termasuk jenis rudal jarak jauh yang pernah dikutuk Rusia dan China pada tahun 2017.

"Sayangnya, saya tidak dapat melaporkan bahwa kami telah melakukan diskusi yang produktif dengan China atau Rusia tentang resolusi Dewan Keamanan PBB yang baru," kata Sung Kim kepada wartawan saat konferensi pers, Rabu (6/4/2022).

China dan Rusia telah memblokir pernyataan publik dari Dewan Keamanan PBB untuk mengutuk 13 peluncuran Korea Utara baru-baru ini, menurut Kim, meskipun mereka sendiri melanggar beberapa resolusi PBB.

Gambar ini diambil pada 11 Oktober 2021 dan dirilis dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) pada 12 Oktober menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memberikan pidato saat upacara pembukaan Pameran Pengembangan Pertahanan "Bela Diri-2021" di Pyongyang. (STR / KCNA VIA KNS / AFP)

Namun, AS dan sekutunya sedang mengejar resolusi baru untuk mengutuk peluncuran Korea Utara.

"Dewan Keamanan perlu menanggapi pelanggaran terang-terangan terhadap beberapa resolusi Dewan Keamanan ini," kata Sung Kim.

"Ini tentang kredibilitas PBB."

Sung Kim, yang juga menjabat sebagai duta besar AS untuk Indonesia, melakukan perjalanan ke Washington minggu ini.

Kepala PPATK Dian Ediana Rae menerima kunjungan Duta Besar Amerika untuk Indonesia Sung Kim di Gedung PPATK, Selasa, 12 Oktober 2021 di Jakarta. (istimewa)

Ia bertemu dengan mitranya dari China pada hari Selasa untuk "diskusi yang sangat panjang dan terperinci."

Sung Kim mengatakan meskipun ditentang China, dia tetap yakin bahwa Beijing memiliki tujuan yang sama dengan AS untuk denuklirisasi Semenanjung Korea.

Sulitnya AS menjangkau China tentang masalah ini adalah karena Korea Utara menolak semua permohonan AS di bawah pemerintahan Biden.

"Kami telah mengirim beberapa pesan, baik publik maupun pribadi, mengundang mereka untuk berdialog tanpa syarat apa pun," kata Sung Kim kepada wartawan.

"Tetapi Korea Utara belum menanggapi, hal itu sangat mengecewakan."

Sung menolak berspekulasi mengapa, tetapi ia mengatakan pandemi COVID-19 bisa menjadi salah satu alasannya.

"Korea Utara mengisolasi diri dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya dan telah menutup diri selama pandemi COVID."

"Hanya dimulainya kembali diplomasi yang dapat mematahkan isolasi ini," katanya.

Sebaliknya, AS telah mendengar retorika yang lebih berapi-api dari saudara perempuan Kim Jong Un, Kim Yo Jong.

Kim Yo Jong minggu ini memperingatkan akan adanya tindakan nuklir jika Korea Selatan bersiap untuk menyerang.

Sung Kim mengatakan AS "prihatin" dengan komentar "provokatif" itu.

Dengan kebijakan Korea Utara dari Biden yang tidak berkembang pesat, Sung Kim berpendapat hal itu masih memiliki efek penting.

Meski Pyongyang tetap berkomitmen untuk menyempurnakan program senjata nuklirnya, sanksi dan tekanan AS dapat menghambat kemajuan mereka, kata Sung.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini