Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Per tahun 2021 lalu, impor batu bara Jepang 11 persen berasal dari Rusia. Sedangkan dari Indonesia sebanyak 12 persen.
Namun sebagai dampak invasi Rusia ke Ukraina, penangguhan impor dari Rusia dilakukan pihak Jepang.
"Termasuk batu bara akan ditangguhkan impornya dari Rusia. Tidak heran beberapa perusahaan kini banyak mencarinya dari negara lain seperti dari Indonesia," papar sumber Tribunnews.com, Selasa (12/4/2022).
PM Jepang Fumio Kishida pun mengakui adanya embargo berbagai produk dari Rusia ke Jepang termasuk batu bara pada saat jumpa pers 9 April 2022.
"Mengenai embargo batu bara, memang benar batu bara Rusia digunakan di berbagai bidang. Ini digunakan tidak hanya dalam tenaga listrik tetapi juga dalam semen dan baja, dan di berbagai bidang," papar PM Kishida.
"Saya pikir kita harus mempertimbangkan situasi aktual di setiap bidang. Dan kami sedang memikirkan aliran seperti itu untuk mewujudkan larangan impor sambil mencari alternatif di masing-masing," ujar PM Kishida.
Baca juga: Sanksi Makin Bertambah, Jepang Umumkan Larangan Impor Batu Bara dari Rusia
"Ini tentang berapa lama. Namun saya pikir kita juga harus memikirkan waktu yang tepat sambil mempertimbangkan situasi di berbagai bidang yang baru saja saya sebutkan, dan juga mempertimbangkan konfirmasi alternatif."
Secara khusus, PM Kishida mengatakan bahwa ini adalah periode sekarang.
"Dengan segala cara, kami ingin mengambil tindakan yang tepat di berbagai bidang dan industri, dan akhirnya membawanya ke embargo."
PM Kishida juga mengungkapkan soal aset kriptografi yang ada kemungkinan dilakukan Rusia menghindari blokasi finansial negara-negara G7.
"Jepang telah mengajukan RUU untuk mengubah Undang-Undang Valuta Asing pada sesi Diet saat ini untuk menanggapi penghindaran sanksi Rusia menggunakan aset kriptografi dan lebih memperkuat efektivitas sanksi. Kami sedang melakukannya segera dalam waktu dekat ini," katanya.
Sedangkan mengenai pengungsi PM Kishida melihat sebagai unsur kemanusiaan sehingga Jepang sementara membantu para pengungsi Ukraina di Jepang.
"Tentang pengungsi Ukraina, kami mengambil berbagai tindakan karena Jepang harus merespons dari sudut pandang yang solid dan manusiawi. Saya kira menjadi pertanyaan apakah Jepang bersedia untuk menggeneralisasi dan berpikir tentang bagaimana menangani pengungsi," kata PM Kishida.