TRIBUNNEWS.COM - Di tengah pidatonya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berbicara soal invasi Rusia.
Menurutnya, invasi Rusia "tidak masuk akal" dan sama saja seperti tindakan "bunuh diri".
Ia juga memuji Ukraina yang mampu bertahan selama 50 hari sejak invasi dimulai pada 24 Februari 2022 lalu.
"Kami sudah bertahan selama 50 hari invasi Rusia, meski penjajah (Moskow) memberi kami (kesempatan) maksimal lima hari," kata Zelensky memulai pidatonya, dikutip dari The Guardian.
"Saya ingat hari pertama invasi Rusia, secara halus, tidak ada yang yakin bahwa kami akan menahannya (pasukan Putin)."
Baca juga: Rusia Peringatkan Swedia-Finlandia Jika Gabung NATO, Ancam Kerahkan Senjata Nuklir dan Rudal
Baca juga: Mengenal Moskva, Kapal Perang Utama Rusia yang Tenggelam di Laut Hitam Setelah Dirudal Ukraina
"Semua orang bersimpati. Banyak dari mereka menyarankan untuk melarikan diri. Kami juga disarankan untuk menyerah pada tirani."
"Tapi, mereka tidak mengenal kami. Dan mereka tidak tahu betapa beraninya orang Ukraina, betapa kami menghargai kebebasan."
"Kesempatan kita untuk hidup seperti yang kita inginkan, bukan orang-orang yang memerintah sedemikian rupa sehingga tentara mereka melihat toilet untuk pertama kalinya dalam hidup mereka di wilayah pendudukan, dan bahkan mencuri peralatan rumah tangga biasa," urainya panjang lebar.
Zelensky menyebut pasukan Rusia "mengulangi di tanah Ukraina apa yang dilihat Eropa selama Perang Dunia II."
"Lima puluh hari pertahanan kami adalah sebuah pencapaian, pencapaian jutaan orang Ukraina," tambahnya.
Ia melanjutkan, selama 50 hari perang ini, Ukraina menjadi pahlawan bagi seluruh kebebasan.
"Kalian semua telah menjadi pahlawan. Semua pria dan wanita Ukraina yang bertahan dan tidak menyerah."
"Dan siapa yang akan menang. Siapa yang akan mengembalikan perdamaian ke Ukraina. Aku yakin itu," tutupnya.
503 Warga Sipil di Kharkiv Tewas
Sedikitnya 503 warga sipil, termasuk 24 anak-anak di wilayah Kharkiv, timur Ukraina, tewas sejak Rusia melancarkan invasi pada 24 Februari, kata gubernur lokal wilayah itu.
Baca juga: Papan Informasi Berbahasa Rusia di Stasiun Kereta Api Dikritik Warga Jepang
Baca juga: China Tolak Seruan AS yang Minta Beijing Bujuk Rusia untuk Akhiri Perang Ukraina
"Ini adalah penduduk sipil yang tidak bersalah, kami tidak akan memaafkan mereka seumur hidup!" Oleg Synegubov menulis di Telegram, masih dari The Guardian.
Synegubov mengatakan Rusia mencoba mengacaukan populasi Kharkiv karena tak ada infrastruktur militer.
"Ini adalah wilayah yang damai secara eksklusif di mana tidak ada infrastruktur militer," katanya, dilansir CNN.
"Jadi musuh mencoba untuk mengacaukan populasi kita, pada kenyataannya menimbulkan pukulan yang membuat warga sipil menderita."
Titik terberat di wilayah itu, kata Synegubov, berada di arah Izium, di mana para pejabat Ukraina mengatakan pasukan Rusia berusaha maju menuju Donbas timur.
"Permusuhan aktif sedang terjadi, dan angkatan bersenjata kami menahan musuh sehingga mereka tidak akan dapat mengangkut peralatan mereka ke wilayah Luhansk dan Donetsk," katanya.
Syniehubov mengatakan pihak berwenang berusaha melakukan "evakuasi terorganisir" di Barvinkove dan Lozova, dua kota di selatan wilayah Kharkiv.
Kharkiv, kota kedua Ukraina dengan populasi sebelum perang sekitar 1,5 juta, terletak sekitar 40 km (25 mil) dari perbatasan Rusia.
Kota ini telah menjadi target utama pasukan invasi Moskow, yang telah menghancurkannya dengan pemboman, tetapi gagal merebutnya.
Baca juga: UPDATE Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-50, Berikut Ini Sejumlah Peristiwa yang Terjadi
Baca juga: 1.000 Marinir Ukraina Menyerah ke Tentara Rusia Setelah Dikepung di Kota Mariupol
AS Kirim Artileri ke Ukraina
Amerika Serikat (AS) untuk pertama kalinya sejak invasi Rusia dimulai, memberikan senjata berkekuatan tinggi kepada Ukraina.
Padahal, menurut laporan CNN, senjata berat ini oleh beberapa pejabat pemerintah AS sempat dipandang terlalu berisiko memicu eskalasi jika dikirim ke Kyiv.
Daftar bantuan senjata senilai $800 juta itu tidak hanya didorong permintaan langsung Ukraina, tetapi juga untuk mempersiapkan pertarungan baru di dataran terbuka wilayah tenggara Ukraina.
Daerah yang berdekatan dengan Rusia itu, memberi keuntungan tersendiri bagi militer Presiden Vladimir Putin.
Paket artileri berat ini merupakan tanda paling jelas bahwa perang di Ukraina sedang bergeser.
Bantuan senjata kali ini juga dibutuhkan Ukraina jika ingin menghalangi militer Rusia yang sudah mempersiapkan pasokan usai mundur dari beberapa wilayah.
Apa saja jenis senjata itu?
1. 11 helikopter Mi-17 yang awalnya diperuntukkan bagi Afghanistan;
2. 18 meriam Howitzer 155 mm;
Baca juga: 10 Peristiwa Invasi Rusia Hari ke-50: Seribu Marinir Menyerah hingga 4 Presiden Kunjungi Kyiv
Baca juga: Presiden Lithuania Minta Mitranya Tingkatkan Dukungan untuk Ukraina, Larang Minyak & Gas Rusia
3. 300 lebih banyak drone Switchblade;
4. Sistem radar yang mampu melacak tembakan yang masuk dan menunjukkan dengan tepat asalnya.
Paket ini menonjol dari bantuan keamanan sebelumnya, karena kali ini mencakup persenjataan yang lebih canggih dan lebih berat.
Dilaporkan Reuters, dalam pernyataan Joe Biden setelah panggilan telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, senjata yang dikirim meliputi sistem artileri, peluru artileri, pengangkut personel lapis baja, dan kapal pertahanan pantai tak berawak.
Biden juga mengatakan telah menyetujui pengiriman helikopter tambahan.
Tak hanya helikopter Mi-17, AS juga akan memberikan 18 howitzer 155mm bersama dengan 40.000 peluru artileri, radar kontra-artileri, hingga 200 pengangkut personel lapis baja.
Ini adalah pertama kalinya Amerika Serikat memberikan Ukraina howitzer, salah satu bentuk artileri medan.
Juru bicara Pentagon, John Kirby, mengatakan beberapa sistem, seperti howitzer dan radar, akan membutuhkan pelatihan tambahan untuk pasukan Ukraina yang tidak terbiasa menggunakan peralatan militer Amerika.
Dilaporkan CNN, seorang pejabat AS mengungkapkan bahwa bantuan ini dibuat dengan alasan bahwa Rusia telah mengubah strateginya untuk memusatkan pasukan di Ukraina timur.
Amerika Serikat juga mengubah strateginya dalam memberikan bantuan kepada Ukraina.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul AS untuk Pertama Kalinya Kirim Artileri Berat ke Ukraina, Ini Alasan dan Jenis Senjatanya
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Ika Nur Cahyani)