TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Komite Investigasi Rusia mengatakan akan meninjau laporan media yang menyebutkan ahli sabotase pasukan khusus Angkatan Darat Inggris telah diterjunkan di Ukraina barat.
“Data ini akan diperiksa secara menyeluruh,” kata badan itu lewat sebuah pernyataan dikutip Russia Today, Sabtu (23/4/2022).
Menurut badan itu, Special Air Service (SAS), atau pasukan komando Inggris dikenal ahli mengorganisir protes massa, pembunuhan tokoh politik serta mempersiapkan serangan teroris.
Sumber keamanan Rusia mengatakan kepada kantor berita Rusia, RIA Novosti, setidaknya dua kelompok prajurit Inggris telah tiba di pangkalan Angkatan Udara Ukraina di kota Brody di wilayah Lviv.
Baca juga: Presiden Amerika Joe Biden Umumkan Bantuan Keamanan Baru untuk Ukraina
Baca juga: Rusia Tuduh Amerika Rencanakan Provokasi Tentang Penggunaan Senjata Pemusnah Massal
Baca juga: Pejabat AS Akan ke Ukraina Bahas Kebutuhan Senjata Hadapi Rusia
“Mereka melakukan perjalanan jauh dari kota Hereford Inggris, lokasi markas SAS berada," kata sumber itu.
Setiap kelompok diduga terdiri dari antara 8 hingga 10 petugas, yang mengkhususkan diri dalam sabotase, perang gerilya, dan perekrutan agen untuk bekerja di wilayah musuh.
Pakar SAS dianggap sebagai salah satu yang terbaik di dunia dalam bidang ini, menurut sumber tersebut.
“Itu bukan pasukan khusus biasa. Mereka pintar. Di setiap kelompok selalu ada ideolognya, semacam professor, sisanya ahli di bidangnya masing-masing,” jelasnya.
Saat dikerahkan di daerah konflik, tim sabotase SAS biasanya beroperasi dengan kedok pekerja medis atau kemanusiaan.
Menurut sumber tersebut, kelompok White Helmets yang beroperasi di konflik Suriah, memiliki hubungan dekat dengan pasukan komando Inggris itu.
“Sangat mungkin spesialis ini tiba untuk meningkatkan keterampilan dan efisiensi pasukan khusus Ukraina dalam mengoordinasikan kegiatan kelompok sabotase mereka di wilayah Ukraina yang saat ini dikendalikan pasukan Rusia,” katanya.
Inggris telah menjadi salah satu pendukung utama dan pemasok senjata Ukraina selama konflik yang sedang berlangsung dengan Rusia.
London telah mengirim senjata mulai dari sistem rudal anti-tank dan anti-pesawat, hingga kendaraan lapis baja ke Kiev.
Awal bulan ini, Perdana Menteri Boris Johnson melakukan kunjungan mendadak ke ibu kota Ukraina bertemu Presiden Volodymyr Zelensky.