News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Anggap NATO Ikut Perang, Menlu Rusia Ingatkan untuk Tak Remehkan Risiko Perang Nuklir

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Nuryanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov. Rusia memperingatkan dunia untuk tidak meremehkan risiko besar perang nuklir serta menyinggung bantuan senjata dari Barat kepada Ukraina.

Moskow memandang senjata-senjata ini sebagai target yang sah.

"Senjata-senjata ini akan menjadi target yang sah bagi militer Rusia yang bertindak dalam konteks operasi khusus," kata Lavrov.

"Fasilitas penyimpanan di Ukraina barat telah menjadi sasaran lebih dari sekali (oleh pasukan Rusia). Bagaimana bisa sebaliknya?"

"NATO, pada dasarnya, terlibat dalam perang dengan Rusia melalui proxy dan mempersenjatai proxy itu. Perang berarti perang," ujarnya, seperti dilaporkan Guardian.

Invasi Rusia ke Ukraina yang sudah berjalan dua bulan, merupakan serangan terbesar di negara Eropa sejak 1945.

Perang ini mengakibatkan ribuan orang tewas dan terluka, kota-kota runtuh, hingga 5 juta warga Ukraina terpaksa mengungsi.

Moskow menyebut tindakannya sebagai "operasi khusus" untuk melucuti senjata Ukraina dan melindunginya dari fasis.

Namun Ukraina dan Barat mengatakan ini dalih palsu untuk perang agresi tak beralasan oleh Presiden Vladimir Putin.

Howitzers tentara Amerika Serikat bersiaga di posisinya saat menjalani latihan perang bersama dengan militer Korea Selatan di Pocheon, tak jauh dari perbatasan Korea Selatan dan Korea Utara, 10 Maret 2016. (AP)

Baca juga: Ukraina Ucapkan Terima Kasih kepada PM Bulgaria yang Memulai Kampanye Penggalangan Dana

Baca juga: Putin Tuding Barat Hasut Ukraina untuk Bunuh Jurnalis Rusia

Rusia hingga kini belum berhasil merebut salah satu kota terbesar Ukraina.

Pasukannya terpaksa mundur dari pinggiran Kyiv karena menghadapi perlawanan keras.

Setelah gagal merebut ibu kota Kyiv, Moskow pekan lalu melancarkan serangan besar-besaran untuk merebut provinsi timur yang dikenal sebagai Donbas.

Jika misi ini berhasil, wilayah Donbas yang dikuasai separatis pro-Rusia akan terhubung dengan Krimea yang dicaplok Moskow pada 2014.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini