Rudal cangging surface-to-air HQ-22 China yang versi ekspornya dikenal sebagai FK-3, dikirim bulan lalu oleh sejumlah pesawat angkut Angkatan Udara China.
Angkutan ini diyakini adalah pengiriman persenjataan melalui udara oleh China ke Eropa yang terbesar yang pernah ada.
Meskipun Serbia mendukung resolusi PBB yang mengutuk serangan berdarah Rusia di Ukraina, Beograd tidak menjatuhkan sanksi terhadap sekutunya itu.
Pemerintah Serbia juga tidak secara langsung mengritik penyerangan brutal yang dilakukan pasukan Rusia.
Serbia berusaha untuk menyeimbangkan hubungan dengan NATO dan aspirasi untuk bergabung dengan UE, dengan aliansi agama, etnis, dan politiknya yang berusia berabad-abad dengan Rusia.
Baca juga: Rusia Minta AS dan NATO Berhenti Pasok Senjata ke Ukraina: Menghambat Negosiasi Damai
Baca juga: UPDATE Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-67, Berikut Ini Sejumlah Peristiwa yang Terjadi
Penolakan dari Barat
Dilansir DW, Amerika Serikat (AS) sebelumnya sudah meminta Serbia agar tidak membeli sistem pertahanan udara dari China.
Pengiriman sistem rudal FK-3 mendorong beberapa negara Barat termasuk Jerman, untuk memperingatkan Beograd bahwa mereka mengharapkan negara Balkan itu untuk menyelaraskan kebijakan luar negerinya dengan Uni Eropa jika ingin mempertahankan keinginannya bergabung dengan blok tersebut.
Pemerintah koalisi Jerman telah memperjelas bahwa kawasan Balkan berada di urutan teratas dalam daftar prioritas kebijakan luar negerinya.
Satu sinyal awal ke arah ini adalah pencalonan anggota parlemen Partai Hijau Manuel Sarrazin sebagai wakil khusus pemerintah untuk Balkan Barat.
Koalisi pemerintahan dari Sosial Demokrat, Aliansi 90/Partai Hijau, dan Partai Demokrat Bebas telah mengintensifkan keterlibatan Balkan sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)